Menang Gugatan hingga Mulusnya IEU-CEPA, Airlangga Pede Perdagangan RI-Eropa Tembus USD60 Miliar

Menko Perekonomian Airlangga Hartarto. Foto: dok Kemenko Perekonomian.

Menang Gugatan hingga Mulusnya IEU-CEPA, Airlangga Pede Perdagangan RI-Eropa Tembus USD60 Miliar

Husen Miftahudin • 18 September 2025 11:00

Jakarta: Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto optimistis total nilai perdagangan antara Indonesia dengan Uni Eropa (UE) akan melejit hingga dua kali lipat dalam lima tahun ke depan.

"Kita berharap trade Indonesia dengan Uni Eropa akan meningkat sekitar dua kali lipat daripada sebelumnya. Kalau sekarang misalnya sekitar USD30 miliar, mungkin kita berharap bisa naik ke USD60 miliar di dalam lima tahun ke depan," ucap Airlangga dikutip dari keterangan tertulis, Kamis, 18 September 2025.

Diketahui, Uni Eropa merupakan mitra dagang terbesar kelima bagi Indonesia, dengan total nilai perdagangan mencapai USD30,1 miliar pada 2024. Neraca perdagangan Indonesia dengan Uni Eropa sendiri mencatatkan surplus yang meningkat signifikan, dari USD2,5 miliar pada 2023 menjadi USD4,5 miliar pada 2024.

Adapun, 'kepedean' Airlangga itu berkat menangnya Indonesia atas gugatan Uni Eropa dalam sengketa minyak kelapa sawit (CPO) dan biofuel. Organisasi Perdagangan Dunia (WTO) menyatakan kebijakan Uni Eropa bersifat diskriminatif terhadap produk Indonesia.

Selain itu, pada akhir September 2025, Indonesia dan European Union (EU) akan menandatangani full agreement dari perjanjian IEU-CEPA. Hal itu menandakan 80 persen produk Indonesia yang masuk ke Uni Eropa akan diberikan tarifnya nol persen, begitu juga sebaliknya.

Kemenangan terhadap gugatan di WTO serta akan selesainya IEU-CEPA menunjukkan diplomasi perdagangan Indonesia kuat. Namun, sejalan dengan itu, masih ada tantangan selanjutnya lebih besar yakni memastikan ekspor berstandar hijau, berkelanjutan, dan tetap kompetitif di pasar global.
 

Baca juga: Menang di WTO, Indonesia Pede Ekspor Biodiesel ke Uni Eropa Tumbuh 6,7%


(Aktivitas perdagangan internasional. Foto: Medcom.id)
 

Pacu ekonomi domestik di tengah gunjang-ganjing global


Di sisi lain Airlangga mengakui, pemerintah sampai saat ini tengah berupaya untuk mendongkrak kinerja perekonomian domestik di tengah gejolak perekonomian global. Ia pun mengklaim, kondisi perekonomian dalam negeri saat ini menunjukkan kesolidan.

Meskipun demikian, pemerintah tetap mewaspadai lemahnya daya beli masyarakat yang dikhawatirkan berdampak pada turunnya perekonomian nasional. Karena itu, pemerintah menggelontorkan 17 paket kebijakan stimulus ekonomi.

"Kemarin, pemerintah meluncurkan total paket sampai 17 paket. Terdiri dari delapan paket yang dilaksanakan tahun ini, salah satunya adalah program magang bagi mahasiswa, di mana mereka yang fresh graduate kita link-match dengan industri. Nah, itu kita akan membuat protokolnya antara Kemenristekdikti, Kemenaker, dan Kemenperin. Mereka kerja selama enam bulan dan akan diberikan semacam honor senilai UMP di daerahnya masing-masing. Mereka didorong untuk bekerja di sektor padat karya, dan tahun depan sektornya ditambah ke hotel, restoran, dan kafe," jelas Airlangga.

Dalam mencapai stabilitas ekonomi, pemerintah terus berupaya mencari sumber pertumbuhan ekonomi baru yang lebih berkelanjutan dan inklusif. Beberapa pilar utama yang dioptimalkan antara lain yaitu hilirisasi SDA untuk meningkatkan nilai tambah komoditas menjadi produk bernilai tinggi, memperluas implementasi ekonomi digital untuk mendukung pertumbuhan e-commerce dan fintech, menjalankan ekonomi hijau dengan menerapkan prinsip pembangunan ekonomi yang memperhatikan kelestarian lingkungan, serta melakukan transisi energi untuk mencapai swasembada energi dan menuju net-zero emission di 2060.

"Untuk transisi energi, salah satu yang kami dorong adalah pengembangan energi berbasis photovoltage. Ini penting karena menjadi bagian dari hilirisasi silika. Salah satu sektor yang power hungry sehingga membutuhkan sumber energi photovoltage itu adalah data center. Apalagi kalau nanti dikembangkan yang namanya AI, yang akan membuat hampir semua perusahaan berbasis digital perlu kapasitas besar untuk data center," papar dia.

Selain transisi energi, pemerintah sudah menyusun peta jalan menuju net zero emission. Peta jalan itu mencakup lima pilar strategis yaitu pengembangan energi terbarukan (biofuel), pengembangan energi baru (nuklir, hidrogen, amonia), elektrifikasi (kendaraan listrik, kompor listrik), efisiensi energi, serta Carbon Capture and Storage (CCS) dan reformasi teknologi energi.

Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) juga dapat menjadi pusat pertumbuhan industri hijau berbasis teknologi ramah lingkungan. Investasi yang dibutuhkan untuk itu sangat besar, sementara ruang fiskal terbatas, sehingga perlu didorong keterlibatan swasta dan mitra global, seperti melalui Just Energy Transition Partnership (JETP) dan Asia Zero Emission Community (AZEC).

"Menuju Indonesia Emas 2045, kita juga harus siapkan tenaga kerja hijau, di mana targetnya proporsinya naik hingga tiga persen di 2029. Ini butuh reskilling dan upskilling secara besar-besaran, berbasis kebutuhan industri. Jadi, teknologi semakin affordable dan deliverable, karena itu kita perlu SDA yang tangguh juga," urai Airlangga.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Husen Miftahudin)