Ilustrasi gelombang di area pesisir. (Anadolu Agency)
Kamchatka: Gelombang evakuasi besar-besaran terjadi di berbagai wilayah Pasifik setelah gempa bumi dahsyat berkekuatan magnitudo 8,8 mengguncang kawasan terpencil di pesisir timur Rusia pada Rabu, 30 Juli 2025. Peringatan tsunami dikeluarkan secara luas, memaksa otoritas di Guam, Jepang, Hawaii, hingga Kepulauan Mariana Utara mengerahkan perintah evakuasi mendesak ke dataran tinggi.
Mengutip dari The Guardian, Rabu, 30 Juli 2025, di wilayah Guam, mantan senator lokal Sam Mabini mengaku segera mengungsi bersama keluarganya ke daerah yang lebih tinggi setelah ponselnya menerima peringatan tsunami menjelang siang hari. Ia bergabung dengan warga lainnya di Agana Heights, kawasan perbukitan ibu kota Hagåtña.
Otoritas pelabuhan dan lembaga pemerintah setempat menghentikan seluruh aktivitas. Di distrik pesisir Tumon, pegawai instansi seperti Guam Visitors Bureau langsung dipulangkan. Warga diimbau menjauhi pantai sejauh 30 meter dan mencari tempat berlindung minimal 15 meter di atas permukaan laut.
Langkah serupa diambil di Saipan, ibu kota Kepulauan Mariana Utara. Pemerintah menutup kantor-kantor dan bisnis di wilayah rendah. Antrean panjang kendaraan mengular di SPBU saat warga bergegas mengisi bahan bakar sebelum mengungsi ke tempat aman.
Jepang Waspada
Di Jepang, puluhan warga di pulau Hokkaido mengungsi ke atap gedung untuk menghindari kemungkinan gelombang besar. Di Kamaishi, Prefektur Iwate, kota yang kehilangan sekitar 1.250 jiwa akibat tsunami 2011 sekitar 200 orang mencari perlindungan di kuil Buddha Senjuin, yang terletak di dataran tinggi dan ditetapkan sebagai titik evakuasi resmi.
Kepala kuil, Keio Shibasaki, menyatakan pihaknya telah menyiapkan logistik darurat seperti makanan dan air untuk kemungkinan masa tinggal lama. “Kami siap untuk bertahan lebih lama jika terjadi pemadaman listrik,” ujarnya kepada Mainichi Shimbun.
Kepala sekolah taman kanak-kanak setempat, Keito Fujiwara, juga mengevakuasi siswa dan guru ke kuil tersebut. Ia menegaskan, tidak ada orang tua yang diperbolehkan menjemput anak-anak demi menghindari risiko seperti yang terjadi saat bencana 2011.
Hawaii Siaga Penuh
Di Hawaii, sirene peringatan tsunami terdengar dua kali di sejumlah pulau seperti Oahu dan Kauai. Otoritas darurat di Honolulu segera mengeluarkan perintah evakuasi di sejumlah daerah pesisir. “Ambil tindakan sekarang! Gelombang tsunami destruktif diperkirakan menghantam,” tulis Dinas Manajemen Darurat Honolulu.
Kemacetan terjadi di beberapa wilayah saat warga berusaha menjauh dari pantai. Rute evakuasi darurat dibuka di jalur pegunungan Waianae, komunitas pesisir di Oahu. Beberapa sekolah yang masih memiliki aktivitas musim panas membatalkan kegiatan.
Di Kauai, tur wisata di Kebun Raya Nasional dihentikan dan seluruh pengunjung dievakuasi ke dataran tinggi. Meskipun cuaca cerah, masyarakat mulai meninggalkan aktivitas dan menuju lokasi aman.
Sejak peringatan palsu soal serangan rudal balistik pada 2018, warga Hawaii menjadi sangat sensitif terhadap sirene dan peringatan darurat di ponsel.
Seluruh pulau mengaktifkan pusat operasi darurat dan mulai membuka tempat penampungan. Polisi di Kauai meminta masyarakat tidak menggunakan jalan kecuali untuk keperluan darurat.
Di Kamaishi, Jepang, otoritas lokal dan pengelola tempat evakuasi telah menyimpan makanan, air, dan perlengkapan darurat. “Kami siap tinggal di sini jika terjadi pemadaman atau jalur keluar terputus,” kata seorang petugas kuil.
Meski sebagian warga memilih bertahan di rumah, seperti Tessa Borja di Guam yang mengaku merasa aman karena keberadaan karang pelindung, mayoritas masyarakat mengikuti imbauan untuk evakuasi cepat. (
Muhammad Reyhansyah)
Baca juga:
Selandia Baru Keluarkan Peringatan Tsunami Imbas Gempa Dahsyat di Rusia