Presiden Rusia Vladimir Putin. Foto: Anadolu
Fajar Nugraha • 4 September 2025 12:08
Beijing: Presiden Rusia Vladimir Putin menegaskan bahwa Moskow tetap membuka ruang penyelesaian damai bagi konflik Ukraina. Namun Putin memperingatkan bahwa jika jalur diplomasi gagal, Rusia akan menuntaskan persoalan tersebut dengan kekuatan militer.
“Jika akal sehat akhirnya menang, maka mungkin saja disepakati cara yang dapat diterima untuk mengakhiri konflik ini, dan itu sikap saya. Terlebih kami melihat suasana di pemerintahan Amerika Serikat saat ini di bawah Presiden Donald Trump,” ujar Putin dalam konferensi pers di Beijing, Rabu, 3 September 2025.
Kami melihat bukan hanya seruan, tetapi keinginan tulus untuk mencari solusi. Dan saya kira ada sedikit cahaya di ujung terowongan. Mari kita lihat bagaimana situasinya berkembang. Jika tidak, maka kami harus menyelesaikan semua tugas yang ada di depan kami dengan cara militer,” tambah Putin.
Mengutip dari Viory, Kamis, 4 September 2025, Putin menambahkan bahwa Moskow telah menawarkan kepada pemerintah Ukraina untuk menghormati pilihan warga di kawasan tenggara Ukraina serta menarik pasukan dari wilayah tersebut, namun menurutnya usulan itu “sepenuhnya ditolak” oleh Kiev.
“Setelah kami menarik pasukan dari Kiev atas permintaan mendesak rekan-rekan Eropa Barat, situasi langsung berubah, dan kami diberitahu sekarang kami akan berperang sampai kepala kami jatuh atau kepala kalian. Saya tidak ingat apakah pernah mengatakannya di depan umum, tetapi kalimat itu terdengar kasar, meski dengan istilah lebih vulgar, disampaikan secara terbuka dan agak dengan nada bersahabat,” kata Putin.
Pernyataan itu disampaikan di sela kunjungan resmi Putin ke Tiongkok sejak 31 Agustus. Sehari setelah kedatangannya, ia menghadiri pertemuan Dewan Kepala Negara Organisasi Kerja Sama Shanghai (SCO) ke-25, yang menghasilkan Deklarasi Tianjin dan strategi pembangunan hingga 2035.
Sebelumnya, Putin juga menghadiri Parade Kemenangan di Beijing yang memperingati 80 tahun berakhirnya Perang Dunia II dan Perang Tiongkok-Jepang Kedua. Acara tersebut dihadiri pemimpin dari 26 negara Asia, Afrika, Eropa, dan Amerika Latin.