Sekretaris Jenderal PBB Antonio Guterres. Foto: Anadolu
New York: Sekretaris Jenderal PBB, Antonio Guterres, memperingatkan pada Minggu, 22 Juni 2025, terkait siklus kehancuran dan pembalasan menyusul serangan Amerika Serikat (AS) terhadap Iran. Dia menandai "perubahan berbahaya" di kawasan tersebut.
"Saya telah berulang kali mengutuk setiap eskalasi militer di Timur Tengah," kata Guterres dalam pertemuan darurat Dewan Keamanan PBB, seperti dikutip dari AFP, Senin 23 Juni 2025.
"Kita sekarang berisiko terjerumus ke dalam lubang pembalasan demi pembalasan,” imbuh Guterres.
Direktur Badan Tenaga Atom Internasional (IAEA), Rafael Grossi, menyuarakan kekhawatiran atas potensi pelebaran konflik. "Kita memiliki kesempatan untuk kembali berdialog dan berdiplomasi. Jika kesempatan itu tertutup, kekerasan dapat mencapai tingkat yang tidak terpikirkan," kata Grossi.
Ia berbicara kepada Dewan Keamanan melalui tautan video, mengatakan bahwa ada kawah yang terlihat di fasilitas nuklir utama Iran akibat serangan AS. Namun, menyebut belum ada yang dapat menilai kerusakan bawah tanah di sana. Grossi menegaskan tidak boleh ada serangan terhadap fasilitas nuklir karena dapat mengakibatkan pelepasan radioaktif berkonsekuensi besar.
Pada hari Minggu, Rusia, Tiongkok, dan Pakistan mengumumkan rancangan resolusi dengan anggota dewan lainnya yang menyerukan gencatan senjata segera di Iran. Namun, dewan tersebut sangat terpecah, anggota lain seperti Prancis dan Inggris menyuruh Iran menahan diri.
Sementara itu, duta besar Israel untuk PBB justru menolak resolusi tersebut. "AS dan
Israel tidak pantas dikutuk," kata Danny Danon. Amir Saeid Iravani, utusan Iran untuk PBB, mengecam AS karena menggunakan kekuatan ilegal dengan dalih yang dibuat-buat, yakni mencegah Teheran memperoleh senjata nuklir.
Secara terpisah, Departemen Luar Negeri AS mengeluarkan peringatan bagi warga AS pada hari Minggu, mengatakan bahwa konflik di Timur Tengah itu dapat meningkatkan risiko keamanan bagi mereka yang bepergian atau tinggal di luar negeri.
"Departemen Luar Negeri menyarankan warga negara AS di seluruh dunia untuk lebih berhati-hati." Washington sendiri telah memulai penerbangan evakuasi dari Israel bagi warga negara AS dan memerintahkan staf misi diplomatiknya di Irak serta Lebanon untuk meninggalkan negara-negara tersebut.
(Nada Nisrina)