Ajari Huruf Korea ke Suku Ciacia, Korsel Bantu Lestarikan Budaya Daerah Indonesia

Baubau: Memperingati 50 tahun hubungan bilateral Indonesia-Korea Selatan, Duta Besar Korea Selatan untuk Indonesia Lee Sang-deok menyumbangkan papan nama ke Akademi Hangeul Baubau, yang mengajarkan huruf Korea (hangeul) kepada Suku Ciacia.

Suku Ciacia tinggal di Kota Baubau, Pulau Buton, Sulawesi Tenggara. Menurut Dubes Lee, Suku Ciacia berperan dalam menghubungkan kedua negara melalui hangeul.

Kedubes Korea Selatan memberikan papan nama ke Akademi Hangeul Baubau, lalu Agensi Dagang Korea Selatan (KOTRA) dan perusahaan Korea seperti KB Bukopin dan Arasoft, mendonasikan program digital, e-books, dan perlengkapan IT seperti laptop dan tablet PC kepada Akademi Hangeul Baubau.

Bantuan ini diberikan guna membantu Suku Ciacia mempelajari dan menggunakan hangeul dengan mudah. 

Tak hanya itu, dalam rangka meningkatkan kapasitas IT di daerah tersebut, ‘Team Korea’ juga berperan dalam memberikan seminar peningkatan kapasitas IT bagi para pegawai pemerintah di Kota Baubau. 

"Dubes Lee Sang-deok mengatakan, dalam rangka merayakan 50 tahun hubungan diplomatik kedua negara, kunjungan ke Kota Baubau untuk menyumbangkan papan nama ke Akademi Hangeul Baubau merupakan hal yang berkesan," demikian dikutip dari keterangan Kedubes Korsel, Jumat, 30 Juni 2023.

"Hangeul diciptakan berdasarkan mekanisme ilmiah, sehingga saya berharap bahwa hangeul dapat digunakan dalam pendidikan Suku Ciacia," sambung Dubes Lee.

Ia juga berharap perangkat IT serta program digital yang telah disumbangkan oleh perusahaan Korea akan dapat mendukung lingkungan pembelajaran tak hanya bagi Suku Ciacia, tetapi juga bagi Kota Baubau.

"Sebagai tambahan, acara ini akan memperluas pertukaran SDM dan meningkatkan pemahaman masyarakat kedua negara," imbuh Dubes Lee.

Selain memperkenalkan budaya Korea di Indonesia, Kedubes Korea Selatan akan terus berkolaborasi bersama KOTRA dan perusahaan Korea dalam berkontribusi pada pembangunan daerah di Indonesia. 

Lee menuturkan, tujuannya untuk mempromosikan pertukaran budaya dua arah antara Korea dan Indonesia, yang merupakan faktor utama dalam membangun hubungan kedua negara.

Dikutip dari website Jendela Kemendikbud, pada 2009 Wali Kota Bau-Bau, Sulawesi Tenggara, Mz. Amirul Tamim membuat kebijakan yang memungkinkan bahasa Ciacia mengadaptasi aksara Hangeul sebagai aksara resmi bahasa Ciacia.

Hal itu banyak menimbulkan pro dan kontra. Meskipun menimbulkan pro-kontra, penggunaan hangeul dalam bahasa Ciacia bertujuan untuk melestarikan bahasa itu sebagai bahasa daerah.

Kebijakan penggunaan Hangeul dimulai dengan Simposium Naskah Internasional ke-9 pada tanggal 5 hingga 8 Agustus 2005. Setelah simposium, ketika para peserta melakukan keliling kota, ahli Bahasa Malaysia Chun Tai-Hyun berkata bahwa bahasa Ciacia membuatnya teringat pada bahasa Korea.

"Aksara Hangeul dapat digunakan sebagai aksara untuk bahasa Cia-Cia yang sedang mengalami kepunahan," kata Chun Tai-Hyun dalam artikel berjudul Aksara Korea dalam Bahasa Ciacia dilaman Jendela Kemendikbud pada 2021.

Pernyataan itu direspon positif oleh Wali Kota Baubau saat itu. Sehingga akhirnya mereka menjadikan hangeul aksara resmi untuk Bahasa Ciacia.

Aksara Korea, Hangeul, akhirnya digunakan dalam bahasa Ciacia pada 2008. Institut Penelitian Hunminjeongeum kemudian mengundang dua orang dari suku Ciacia ke Korea untuk membuat buku yang dicetak dalam aksara Korea. 

Tak hanya itu, pelajaran aksara Korea juga diajarkan di sekolah di kota Baubau, dan digunakan dalam mata pelajaran bahasa daerah Ciacia.