Ilustrasi: Sebuah rumah sakit di Sumatra yang kembali beroperasi setelah bencana. ANTARA/HO-Kementerian Kesehatan
Silvana Febiari • 17 December 2025 11:44
Jakarta: Seluruh rumah sakit (RS) yang sempat terdampak bencana di wilayah Sumatra kini telah kembali beroperasi secara bertahap. Pemerintah memastikan layanan kesehatan tetap berjalan guna menjamin keselamatan dan kesehatan warga terdampak.
“Pada tanggal 26 November lalu terdapat 41 rumah sakit yang tidak dapat beroperasi akibat bencana. Alhamdulillah, hari ini 100 persen rumah sakit tersebut sudah mulai beroperasi kembali, meskipun secara bertahap, dimulai dari layanan IGD dan ruang operasi,” ujar Menteri Kesehatan (Menkes) Budi Gunadi Sadikin, dikutip dari Antara, Rabu, 17 Desember 2025.
Menkes menjelaskan layanan kesehatan masih menghadapi kendala serius akibat terbatasnya pasokan listrik. Akibatnya, sejumlah layanan medis penting belum dapat berfungsi.
Dalam kesempatan yang sama, Kepala Pusat Krisis Kesehatan Kemenkes Agus Jamaludin mengatakan pemulihan layanan kesehatan pasca-bencana difokuskan pada memastikan layanan dasar tetap berjalan sembari mempercepat pemulihan sarana pendukung.
“Sebagian besar rumah sakit sudah mulai melayani pasien, namun memang masih ada kendala
listrik dan air bersih. Ini yang sedang kami dorong percepatannya agar layanan kritis, seperti hemodialisis dan radiologi, bisa segera beroperasi,” ujar Agus.
Pihaknya terus berkoordinasi dengan pemerintah daerah dan instansi terkait untuk penyediaan genset, BBM, serta perbaikan jaringan listrik. “Keselamatan pasien menjadi prioritas utama. Kami pastikan dukungan logistik kesehatan dan teknis terus dilakukan sampai layanan rumah sakit kembali normal sepenuhnya,” kata Agus.
Berdasarkan Laporan Situasi Penanganan Bencana Banjir dan Tanah Longsor Aceh, Sumatra Utara, dan Sumatra Barat, pada 15 Desember 2025 pukul 22.00 WIB di Aceh Tamiang, RSUD Muda Sedia telah membuka layanan IGD, rawat inap, rawat jalan, serta kamar operasi. Meski demikian layanan ICU dan hemodialisis belum dapat dijalankan karena kendala teknis, termasuk instalasi air dan pengecekan alat kesehatan. Kondisi listrik dilaporkan aman, namun beberapa alat laboratorium rusak akibat bencana.
Tim gabungan membersihkan material lumpur yang terbawa saat terjadi banjir di RSUD Aceh Tamiang, Kecamatan Karang Baru, Aceh Tamiang, Aceh, Sabtu, 6 Desember 2025. Dokumentasi/BNPB
RSUD Sultan Abdul Azis Syah (SAAS) Peureulak, Aceh Timur, juga mulai mengoperasikan layanan IGD dan sejumlah poliklinik. Kendala utama yang dihadapi rumah sakit ini adalah ketidakstabilan listrik, sehingga membutuhkan dukungan genset dan bahan bakar. Selain itu, ketersediaan air bersih masih terbatas dan sebagian alat radiologi rusak.
Di Kota Langsa, RSUD Langsa telah mengaktifkan layanan IGD, rawat inap, serta beberapa layanan penunjang seperti ICU, NICU, dan ruang bedah. Namun layanan hemodialisis dan radiologi belum dapat beroperasi karena aliran listrik PLN terhenti selama enam hari, sehingga mesin yang tersedia belum dapat digunakan.
Kondisi serupa terjadi di RSUD Zubir Mahmud, Aceh Timur. Layanan dasar seperti IGD, laboratorium klinik, dan rawat inap telah berjalan, tetapi layanan hemodialisis dan radiologi masih terhenti akibat pemadaman listrik PLN selama empat hari.
Rumah sakit tersebut membutuhkan pasokan genset dan BBM agar seluruh layanan dapat kembali normal. Selain listrik, keterbatasan
air bersih juga menjadi kendala di sejumlah RSUD.
Beberapa rumah sakit terpaksa membeli air bersih untuk menjaga kelangsungan layanan dasar. Sementara instalasi air dan mesin pendukung masih dalam proses perbaikan pasca-bencana.
Di Sumatera Utara, RSUD Tanjung Pura, Kabupaten Langkat, tetap melayani pasien meski dengan fasilitas terbatas. Hingga 15 Desember, ribuan pasien rawat jalan dilayani menggunakan tenda dan posko darurat, sementara perbaikan fasilitas utama rumah sakit masih berlangsung.