Pakar IPB: Dekarbonisasi 1 Juta Ton, Pertamina Bisa Jadi Trendsetter

Ilustrasi Pertamina. Dok PHE

Pakar IPB: Dekarbonisasi 1 Juta Ton, Pertamina Bisa Jadi Trendsetter

Achmad Zulfikar Fazli • 16 September 2025 19:03

Jakarta: Pakar ekonomi dan lingkungan IPB University, Profesor Eka Intan Kumala Putri, menilai positif upaya Pertamina mereduksi lebih dari 1 juta ton equivalen emisi karbon pada semester I 2025. Langkah tersebut dinilai bisa menempatkan BUMN energi itu sebagai trendsetter dekarbonisasi
 
”Sebagai trendsetter, sehingga industri-industri lain mengikuti langkah Pertamina. Orang akan melihat bahwa sebagai perusahaan besar, Pertamina mampu mereduksi karbon dalam jumlah besar, supaya hasilnya kelihatan,” kata Eka dalam keterangannya, Selasa, 16 September 2025.

Menurut Eka, berbagai upaya Pertamina mereduksi karbon, harus diapresiasi. Dia berharap upaya itu terus berlanjut termasuk melalui transisi energi yang saat ini terus dikembangkan Pertamina. Pertamina harus mampu mengonversi penggunaan energi fosil, seperti batubara kepada yang lebih ramah lingkungan. 

Begitu juga produk yang dihasilkan, kata dia, Pertamina harus terus mengembangkan energi baru dan terbarukan (EBT), seperti panas bumi, biofuel, bioethanol, dan bahkan pengolahan minyak jelantah menjadi bioavtur. 

”Makanya kalau Pertamina memiliki target rendah karbon dan itu tercapai, tentu bagus dan kita apresiasi. Meski tentu saja harus terus dilakukan secara menyeluruh dan terintegrasi. Karena mau tidak mau, semua industri mengarah pada proses industri rendah karbon,” ujar Eka.
 

Baca Juga: 

Indonesia Berpotensi Jadi Hub Penyimpanan Karbon Regional


Dari sisi ekonomi, Eka menilai upaya Pertamina sangat menguntungkan, terutama dalam jangka panjang. Termasuk meningkatkan daya saing di tingkat global. 

Dunia sekarang, jelas Eka, sangat ketat dengan environmentally friendly. Semua harus memiliki sertifikat, produksi bersih, clean and clear, dan seterusnya. Jika ada perusahaan yang masih menggunakan proses produksi kotor, tentu tidak mampu bersaing di tingkat global. 

Eka mengatakan berbagai upaya Pertamina untuk mengurangi emisi rendah karbon, memberikan efek positif ketika bertransaksi. ”Ada insentif intangible, jika menggunakan produksi bersih, akan terbangun imej bahwa Pertamina ramah lingkungan,” ucap Eka. 

Memang, jelas Eka, berbagai investasi teknologi yang dilakukan untuk mengurangi emisi karbon, dalam jangka pendek bisa saja mengurangi profit yang ada. 

”Makanya jangan berpikir jangka pendek, namun jangka panjang. Sustainability itu ditentukan produksi yang rendah karbon. Mereduksi rendah karbon butuh biaya, tekonologi. Biaya ini akan mengurangi profit tapi itu kan jangka pendek. Untuk jangka panjang, akan menjadi benefit bagi perusahaan,” ujar Eka. 

Sebelumnya, PT Pertamina (Persero) menyampaikan melalui program dekarbonasi, perusahaan terus mendukung transisi energi dan pencapaian target Net Zero Emission 2060. 

Menurut Vice President Corporate Communication Pertamina, Fadjar Djoko Santoso, hingga pertengahan 2025, realisasi penurunan emisi atau dekarbonisasi Pertamina telah menembus angka lebih dari satu juta ton CO2 equivalen, mendekati sebagian besar dari target tahunan yang telah ditetapkan.

Jika dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya, capaian dekarbonisasi tahun ini menunjukkan peningkatan signifikan.

"Rata-rata pencapaian berada jauh di atas realisasi tahun lalu. Tren positif ini memperkuat langkah Pertamina sebagai lokomotif transisi energi nasional," ujar Fadjar.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Achmad Zulfikar Fazli)