Ilustrasi. Foto: MI.
Rahmatul Fajri • 10 September 2025 19:37
Jakarta: Pakar komunikasi politik Universitas Airlangga Surabaya Suko Widodo menilai menteri atau pejabat negara harus menjaga etika dan komunikasi di hadapan publik. Jika kurang terkontrol, gaya komunikasi yang kurang hati-hati bisa menimbulkan persepsi negatif dan berpotensi mempengaruhi citra pemerintahan.
"Pejabat publik adalah representasi pemerintah. Jika komunikasinya memicu polemik, dampaknya bisa luas, yakni kebingungan publik, polarisasi opini, dan melemahnya legitimasi pemerintah," kata Suko dikutip dari Media Indonesia, Rabu, 10 September 2025.
Suko menyatakan komunikasi publik yang buruk berdampak pada meningkatnya ketidakpercayaan masyarakat pemerintah. Dampak dominonya ialah efektivitas kebijakan pemerintah bakal terganggu.
Maka dari itu, ia menilai komunikasi publik harus dikelola secara cermat untuk membangun dialog konstruktif dan memperkuat kepercayaan. Ia mengatakan prinsip utama dalam komunikasi publik yang etis itu meliputi kejujuran, kejelasan, sensivitas, serta pengendalian emosi.
Baca juga: Editorial Media Indonesia: Berhenti Suka-Suka Bicara |