Harga Emas Tembus Rekor USD3.500, Ini yang Harus Dilakukan Investor

Ilustrasi emas. Foto: Dok Bappebti

Harga Emas Tembus Rekor USD3.500, Ini yang Harus Dilakukan Investor

Eko Nordiansyah • 3 September 2025 10:38

Jakarta: Harga emas dunia (XAU/USD) kembali mencatatkan rekor tertinggi sepanjang masa pada perdagangan Selasa, 2 September 2025, dengan menembus level psikologis USD3.500 per troy ounce. Logam mulia ini naik lebih dari dua persen meski dolar AS dan imbal hasil obligasi AS turut menguat. 

Menurut analis Andy Nugraha, Dupoin Futures Indonesia, reli emas mencerminkan tingginya minat investor terhadap aset aman di tengah ketidakpastian global yang kian besar. Dalam catatannya, ia menjelaskan pergerakan teknikal emas masih menunjukkan tren bullish

XAU/USD sempat terkoreksi ke level USD3.470, namun dengan cepat memantul hingga diperdagangkan di kisaran USD3.520. Berdasarkan gabungan pola candlestick dan indikator moving average, emas masih berpeluang memperpanjang kenaikannya. 

“Jika tren bullish berlanjut, target kenaikan berikutnya berada di USD3.575. Namun jika tekanan beli melemah, koreksi jangka pendek bisa menguji support di USD3.527,” kata Andy dalam risetnya, Rabu, 3 September 2025.
 

Baca juga: 

Dolar AS Berbalik Arah Menguat Hari Ini



(Ilustrasi emas. Foto: Freepik)

Fundamental emas cukup kokoh

Pada sesi Asia hari ini, emas bahkan sempat mencapai level USD3.547 sebelum kembali tertekan oleh aksi ambil untung. Kondisi jenuh beli membuat sebagian pelaku pasar berhati-hati, apalagi Dolar AS juga mencatatkan penguatan terbatas. Meski begitu, investor tetap memandang fundamental emas cukup kokoh, terutama dengan meningkatnya spekulasi Federal Reserve (The Fed) akan menurunkan suku bunga pada September.

Meski demikian, ekspektasi kuat Federal Reserve (The Fed) akan memangkas suku bunga pada bulan September tetap menjadi katalis utama yang menjaga sentimen positif terhadap logam mulia. Para pelaku pasar bahkan memperkirakan kemungkinan dua kali pemangkasan suku bunga masing-masing sebesar 25 basis poin hingga akhir tahun, yang semakin memperkokoh posisi emas sebagai aset lindung nilai.

Selain faktor moneter, kondisi geopolitik global juga memberi dorongan tambahan pada reli emas. Konflik yang terus berlanjut antara Rusia dan Ukraina, serta meningkatnya ketegangan di Timur Tengah, membuat investor cenderung mengalihkan portofolio mereka ke aset aman seperti emas. Hal ini terlihat dari melemahnya sentimen di pasar ekuitas global, yang memberi ruang lebih besar bagi perpanjangan tren naik harga emas selama lebih dari sepekan terakhir.

Dari sisi data ekonomi, pelaku pasar kini menantikan rilis laporan Lowongan Kerja JOLTS AS yang dijadwalkan pada Rabu malam waktu setempat. Agenda ekonomi berikutnya juga mencakup laporan ketenagakerjaan sektor swasta ADP dan PMI Jasa ISM pada Kamis, serta laporan tenaga kerja Nonfarm Payrolls (NFP) pada Jumat yang menjadi fokus utama. Hasil dari data-data tersebut diperkirakan akan menjadi penentu langkah kebijakan The Fed selanjutnya, yang tentu berdampak langsung pada pergerakan emas.

Di sisi lain, faktor teknikal dan fundamental saat ini masih saling menopang untuk menjaga momentum penguatan emas. Kenaikan harga emas berlanjut meskipun Indeks Dolar AS (DXY) tercatat naik 0,61 persen ke posisi 98,28. Imbal hasil Treasury AS tenor 10 tahun juga menguat empat basis poin ke 4,273 persen. Bahkan imbal hasil riil AS meningkat hampir 4,5 basis poin ke 1,862 persen. 

Namun, ketidakpastian mengenai kebijakan moneter, potensi intervensi politik terhadap independensi The Fed, serta meningkatnya aliran dana ke ETF emas, dipandang Andy sebagai faktor dominan yang membuat logam kuning ini tetap diminati investor. Pandangan ini menegaskan posisi emas sebagai salah satu aset yang paling diincar investor di tengah gejolak ekonomi.

“Tren emas saat ini masih solid dan berpotensi melanjutkan reli selama sentimen global mendukung. Selama harga bertahan di atas USD3.500, emas tetap memiliki ruang untuk bergerak lebih tinggi,” ujar dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)