Gaza dalam rekaan AI yang disiarkan oleh Donald Trump. Foto: CNN
Washington: Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump mengunggah video di akun Truth Social miliknya pada Selasa malam, yang tampaknya dibuat dengan kecerdasan buatan atau Artificial Intelligence (AI) generatif, yang mempromosikan transformasi Gaza menjadi resor seperti negara Teluk. Video itu menampilkan patung emas Donald Trump, Elon Musk yang sedang menikmati hummus, dan para pemimpin Amerika dan Israel yang bertelanjang dada bersantai di pantai.
"Tidak ada lagi terowongan, tidak ada lagi rasa takut," sebuah suara bernyanyi diiringi alunan musik dansa, seperti dikutip dari Radio New Zealand, Kamis 27 Februari 2025.
"Trump Gaza akhirnya ada di sini!,” tegas video itu.
Presiden Trump telah mengusulkan pengusiran 2,1 juta warga Palestina dari Gaza dan mengubah daerah kantung itu menjadi "Riviera" yang akan dimiliki oleh Amerika Serikat.
Otoritas Palestina yang berpusat di Tepi Barat menyebut usulan itu sebagai "pelanggaran serius terhadap hukum internasional."

Patung Donald Trump dalam video Gaza Trump. Foto: Truth Social
Menteri Luar Negeri PA, Varsen Aghabekian Shaheen, mengatakan awal bulan ini: "Kami telah mencoba pengungsian sebelumnya, dan itu tidak akan terjadi lagi," mengacu pada ratusan ribu warga Palestina yang mengungsi selama perang Arab-Israel yang menyebabkan terbentuknya Israel pada tahun 1948.
Video dibuka dengan anak-anak Palestina bertelanjang kaki berjalan melalui puing-puing Gaza. "Apa selanjutnya?" tanya sebuah kartu judul. Mereka berjalan menuju cakrawala gedung pencakar langit yang berjejer di pesisir Gaza.
"Donald datang untuk membebaskanmu," sebuah suara bernyanyi.
"Trump Gaza bersinar terang. Masa depan yang gemilang, cahaya yang benar-benar baru. Pesta dan tarian. Perbuatan telah selesai,” sebut suara itu.
Video tersebut, secara tidak wajar, menampilkan penari perut berjanggut dan berbikini, seorang anak memegang balon emas berbentuk kepala Trump, dan Elon Musk menari di pantai di bawah guyuran dolar AS.
Saat video Truth Social berakhir, kamera menyorot Trump dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu yang sedang menyeruput minuman di pantai.
Kecaman Hamas
Dalam sebuah pernyataan, Kantor Media Pemerintah yang dikelola Hamas di Gaza mengecam video tersebut sebagai "memalukan."
"Video ini dan kontennya yang merendahkan martabat mencerminkan pola pikir kolonial rasis yang mengakar kuat yang berusaha mendistorsi kenyataan dan membenarkan kejahatan pendudukan," kata direktur jenderal Ismail Al-Thawabtah.
"Dengan menggambarkan Gaza seolah-olah itu adalah tanah tanpa penduduk, upaya putus asa ini bertujuan untuk melegitimasi pembersihan etnis yang sedang berlangsung yang dilakukan oleh pendudukan Israel dengan dukungan Amerika yang jelas,” tegas At-Thawabtah.
Tidak jelas apakah Trump bermaksud untuk melanjutkan rencana pengusirannya. Setelah menerima penolakan keras dari para pemimpin Mesir dan Yordania, Trump mengatakan kepada Fox News pada Jumat: "Cara melakukannya adalah rencana saya. Saya pikir itulah rencana yang benar-benar berhasil. Tetapi saya tidak memaksakannya. Saya hanya akan duduk dan merekomendasikannya."
Menanggapi video tersebut pada hari Rabu, Wassel Abu Yousuf, anggota komite eksekutif Organisasi Pembebasan Palestina (PLO), mengatakan kepada
CNN bahwa video tersebut adalah "tipu muslihat dan tidak lebih dari itu."
"Tidak akan ada resor atau riviera Timur Tengah atau yang lainnya," katanya.
"Apa yang ingin dilakukan Trump harus dilakukan di tempat lain, tetapi tidak dengan mengorbankan rakyat Palestina. Ini adalah tanah leluhur dan orang tua kita, dan banyak darah telah tertumpah untuk mempertahankannya,” kata Yousuf.
Sebuah jajak pendapat
CNN yang dilakukan melalui telepon dan daring pada pertengahan Februari menemukan bahwa usulan untuk Gaza tanpa hak kembali bagi warga Palestina adalah tindakan atau usulan Trump yang paling tidak populer yang ditanyakan. Hanya 13 persen warga Amerika dalam jajak pendapat tersebut yang menyebutnya sebagai "hal yang baik," sementara 58 persen menggambarkannya sebagai "hal yang buruk."
Rencana alternatif Arab
Para pemimpin Arab bertemu di ibu kota Saudi, Riyadh, pada hari Jumat untuk pertama kalinya guna merumuskan tanggapan terhadap rencana Trump untuk Gaza. Para pemimpin akan bertemu di Kairo pada 4 Maret untuk membahas rencana tersebut dan kemungkinan akan menyampaikannya kepada Trump di kemudian hari.
Seorang pejabat senior Uni Emirat Arab mengatakan pada hari Rabu bahwa perlu ada rencana yang "berani" untuk membangun kembali wilayah tersebut, tetapi mengatakan bahwa rencana apa pun tidak dapat dilakukan tanpa jalur yang jelas menuju negara Palestina.
UEA telah melakukan diskusi awal tentang kemungkinan memainkan peran dalam upaya pascaperang untuk membangun kembali Gaza, tetapi telah mengatakan bahwa persyaratannya, termasuk Otoritas Palestina yang direformasi dan komitmen Israel terhadap kenegaraan Palestina, belum terpenuhi.
Netanyahu telah berulang kali menolak prospek negara Palestina yang merdeka dan telah mendukung rencana kepemilikan Gaza oleh Trump.
"Kesimpulannya adalah kita memerlukan rencana rekonstruksi yang berani tetapi rencana rekonstruksi itu harus memastikan bahwa kita tidak kembali ke situasi konflik dan untuk melakukannya kita harus memiliki jalur yang jelas di mana Palestina benar-benar memiliki negara," penasihat diplomatik UEA untuk presiden Anwar Gargash mengatakan kepada Becky Anderson dari CNN pada sebuah konferensi investasi di Abu Dhabi.
Mesir, salah satu negara yang disarankan Trump untuk menerima warga Gaza, telah memimpin upaya Arab untuk merumuskan rencana alternatif bagi daerah kantong itu, yang menurut perdana menterinya akan memakan waktu tiga tahun untuk diselesaikan dan menelan biaya USD20 miliar.
Ketika ditanya oleh
CNN apakah Mesir, sebagai penerima utama bantuan AS, merasa dipaksa oleh Trump untuk menerima rencananya, Hassan El Khatib, Menteri Luar Negeri Mesir, mengatakan bahwa Mesir akan membutuhkan waktu tiga tahun untuk menyelesaikan rencana tersebut.