Kesepakatan AS-Indonesia Dorong Sentimen Pasar

Ilustrasi investor asing di pasar modal. Foto: dok MI/Atet Dwi.

Kesepakatan AS-Indonesia Dorong Sentimen Pasar

M Ilham Ramadhan Avisena • 17 July 2025 17:09

Jakarta: Pemerintahan Presiden Prabowo Subianto dinilai membawa sentimen positif dari pelaku pasar. Laporan terbaru Trimegah Sekuritas menyebut sejumlah faktor yang menunjukkan arah kebijakan pemerintah saat ini mendukung pemulihan ekonomi nasional.

Dalam riset bertajuk Indonesia's Macro Tailwinds Are Here, Trimegah menyoroti AS menetapkan tarif ekspor terhadap Indonesia yang lebih rendah dari perkiraan, yakni sebesar 19 persen. Kebijakan itu disebut memberikan dorongan langsung terhadap ekspor dan sentimen pasar.

"AS menetapkan tarif yang lebih rendah dari perkiraan, memberi dorongan pada ekspor dan sentimen pasar. Bank Indonesia juga akhirnya memangkas suku bunga. Ditambah stabilnya rupiah dan tanda-tanda awal belanja pemerintah yang mulai meningkat sejak Juni, semuanya menjadi landasan kuat," tulis laporan Trimegah yang dikutip, Kamis, 17 Juli 2025.

Trimegah juga mencatat kesiapan peningkatan program Makan Bergizi Gratis (MBG) oleh pemerintah pada Agustus sebagai katalis penting yang bisa memperkuat permintaan domestik. Ditegaskan pula belanja fiskal mulai menunjukkan pergerakan sejak Juni, menjadi sinyal awal dari dukungan riil pemerintah terhadap ekonomi rakyat.

"Jika momentum ini terus berkembang dalam beberapa bulan ke depan, bisa jadi inilah dorongan lanjutan yang akhirnya menyalakan api di bawah permintaan domestik," tulis Trimegah.


Ilustrasi perdagangan saham di BEI. Foto: dok MI
 

Baca juga: Mengenal Saham Blue Chip yang Diburu Investor
 

Investor asing masih bersikap hati-hati


Meski investor asing masih bersikap hati-hati saat ini, dengan tercatat arus keluar mendekati Rp1 triliun, Trimegah menilai bahwa investor domestik, baik ritel maupun institusi, kini menjadi tulang punggung pasar saham Indonesia.

Trimegah juga menyampaikan skenario valuasi dan potensi kenaikan IHSG. Dalam skenario realistis, pertumbuhan laba 0-2 persen bisa membawa indeks ke level 7.750, dengan potensi upside sekitar 10 persen. Sementara dalam skenario terburuk sekalipun, risiko penurunan dinilai terbatas.

"Dengan valuasi yang masih di bawah -2 deviasi standar (PE 11x), dan imbal hasil dividen yang menyaingi obligasi pemerintah, pasar saham Indonesia tampak murah. Angin makro sudah berembus. Sekarang tinggal satu pertanyaan: apakah laba, dan keyakinan investor, bisa menyusul?" demikian petikan laporan tersebut.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)