Konvoi aktivis yang bawa bantuan kemanusiaan hendak masuk ke Gaza. Foto: Anadolu
13 June 2025 19:03
Kairo: Pada Kamis, 12 Juni 2025, ribuan aktivis turun ke Kairo dalam “Pawai Global ke Gaza”, pawai damai menuju perlintasan Rafah yang dikuasai Israel di perbatasan Gaza dengan Mesir. Menurut penyelenggara, sekitar 4.000 orang dari lebih dari 80 negara diperkirakan akan bergabung dalam pawai tersebut.
Rombongan tersebut akan bergabung dengan konvoi lain dengan sekitar 2.000 orang dari sejumlah negara Afrika Utara. Pawai tersebut direncanakan tiba di perbatasan Gaza pada hari Jumat sebagai aksi simbolis yang menyoroti pengepungan Israel selama 18 tahun di wilayah tersebut.
Meskipun penyelenggara mengatakan bahwa mereka telah berkoordinasi dengan otoritas Mesir untuk memastikan memiliki izin, otoritas Mesir justru telah menahan dan mendeportasi puluhan demonstran. Lebih dari 200 orang telah diinterogasi dengan banyak yang ditahan di hotel atau bandara, sementara puluhan orang telah dideportasi, menurut laporan media lokal.
Penyelenggara mengatakan bahwa 40 warga negara Aljazair, 12 warga Maroko, 10 warga Norwegia, enam warga Jerman, dan satu warga Inggris telah dideportasi.
“Kami mendesak otoritas Mesir untuk membebaskan semua orang yang ditahan dan mengizinkan masuknya peserta pawai,” kata penyelenggara, seperti dikutip Anadolu, Jumat 13 Juni 2025.
“Mesir telah berulang kali menyatakan keprihatinan atas krisis kemanusiaan di Gaza dan kondisi yang tidak berkelanjutan di penyeberangan Rafah. Mendukung gerakan damai ini akan memperkuat posisi Mesir dalam mendorong akses kemanusiaan,” tambahnya.
Sementara itu, Menteri Pertahanan Israel, Israel Katz, mendesak Mesir untuk memblokir mereka yang disebutnya sebagai "demonstran jihadis”. Ia mengatakan bahwa mereka akan membahayakan keselamatan tentara Israel, dan menyebut bahwa IDF akan turun tangan jika demonstran mencapai perbatasan.
Hal ini terjadi beberapa hari setelah militer Israel mencegat armada kapal berbendera Inggris Madleen dengan 12 aktivis termasuk Greta Thunberg di dalamnya, datang mengirimkan bantuan Gaza.
Para aktivis itu ditahan dan diinterogasi, mereka membantah tuduhan memasuki Israel secara Ilegal dan mengklaim bahwa mereka diculik di perairan internasional.
Beberapa orang, termasuk Thunberg, telah setuju untuk dideportasi dari Israel. Sementara yang lain, termasuk Anggota Parlemen Eropa Prancis-Palestina Rima Hassan, masih ditahan di Penjara Israel.
Israel diketahui mencabut blokade totalnya terhadap Gaza, tetapi jumlah bantuan yang mereka izinkan masih jauh dari apa yang warga butuhkan. Israel juga dikritik karena metodenya dalam menyalurkan bantuan dengan mendirikan sistem baru yang sebagian besar dikelola oleh AS.
Organisasi bantuan baru tersebut, yakni GHF, dinilai kontroversial karena menyalurkan bantuan di tempat yang dijaga ketat militer. Lebih dari 160 warga Palestina telah tewas di lokasi-lokasi distribusi tersebut, Israel telah berulang kali menembaki massa yang berkumpul untuk menerima bantuan.
(Nada Nisrina)