Maret Inflasi 1,65%, Tarif Listrik Jadi Pemicunya

Ilustrasi. Foto: dok MI/Angga Yuniar.

Maret Inflasi 1,65%, Tarif Listrik Jadi Pemicunya

M Ilham Ramadhan Avisena • 8 April 2025 12:30

Jakarta: Badan Pusat Statistik (BPS) mencatat inflasi sebesar 1,65 persen secara month-to-month (mtm) pada Maret 2025. Angka ini meningkat tajam dibanding bulan sebelumnya dan lebih tinggi dibanding periode yang sama tahun lalu. Kenaikan ini terutama dipicu oleh lonjakan tarif listrik.

"Kelompok pengeluaran yang paling besar menyumbang inflasi bulan ini adalah kelompok perumahan, air, listrik, dan bahan bakar rumah tangga, dengan inflasi sebesar 8,45 persen dan andil inflasi 1,18 persen," ungkap Deputi Bidang Statistik Produksi BPS, M. Habibullah dalam rilis konferensi pers, Selasa, 8 April 2025.

Ia menjelaskan, tarif listrik menjadi komoditas tunggal dengan andil inflasi tertinggi bulan ini. "Komoditas yang dominan mendorong inflasi kelompok ini adalah tarif listrik dengan andil inflasi sebesar 1,18 persen," kata dia.

Selain tarif listrik, sejumlah komoditas pangan juga mendorong kenaikan harga, seperti bawang merah (0,11 persen), cabai rawit (0,06 persen), dan daging ayam ras (0,03 persen). Komoditas emas perhiasan juga turut memberikan andil inflasi sebesar 0,05 persen.


Ilustrasi. Foto: dok PLN
 

Baca juga: Diskon Berakhir, Harga Listrik Normal Lagi per Hari Ini
 

Ramadan dan Idulfitri memicu kenaikan harga transportasi


Lebih lanjut, Habibullah mengatakan, umumnya saat Ramadan dan Idulfitri memicu kenaikan harga transportasi. Namun tahun ini kelompok tersebut justru mencatatkan deflasi. "Kelompok transportasi mengalami deflasi 0,08 persen, didorong oleh penurunan tarif angkutan udara yang menyumbang deflasi 0,04 persen," terang dia.

Dari sisi komponen, inflasi Maret terutama didorong oleh komponen harga yang diatur pemerintah, yang naik 6,53 persen dan menyumbang 1,16 persen terhadap total inflasi. Komponen inti dan harga bergejolak masing-masing menyumbang 0,16 persen dan 0,33 persen.

Secara tahunan (year-on-year), inflasi tercatat sebesar 1,03 persen. Kelompok makanan, minuman, dan tembakau menjadi penyumbang terbesar, dengan inflasi 2,07 persen dan andil 0,61 persen. Komoditas seperti cabai rawit, bawang merah, dan mi instan menjadi kontributor utama.

Namun, Habibullah mencatat adanya tekanan deflasi tahunan dari kelompok perumahan dan listrik. "Kelompok ini memberikan andil deflasi 0,74 persen, didorong oleh deflasi tarif listrik karena pelanggan pascabayar masih menikmati diskon tarif," terang dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Ade Hapsari Lestarini)