Ilustrasi. Foto: Dok istimewa
Eko Nordiansyah • 11 November 2025 09:50
Bali: PT Pertamina Patra Niaga memperkuat kolaborasi menuju masa depan aviasi rendah emisi. Indonesia menjadi salah satu pemeran utama dalam pengembangan Sustainable Aviation Fuel (SAF), sebagai bahan bakar ramah lingkungan yang menjadi kunci dekarbonisasi sektor penerbangan.
Dalam Pertamina Aviation Global Summit 2025, para pemangku kepentingan industri penerbangan, perusahaan energi, serta pemerintah dari negara di Asia Pasifik siap melaksanakan kolaborasi penerbangan berkelanjutan. Pemerintah Indonesia juga menegaskan dukungan penuh terhadap inisiatif ini.
Deputi Bidang Koordinasi Konektivitas Kemenko Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan Odo R. M. Manuhutu menyampaikan, SAF menjadi bagian penting dalam peta jalan dekarbonisasi transportasi nasional. Saat ini pemerintah telah mengesahkan Tim Percepatan Pengembangan Industri SAF di Indonesia.
“Kunci keberhasilan ada pada inovasi dan kolaborasi inklusif. Pemerintah sedang menyusun transport decarbonization plan mencakup darat, laut, dan udara, dan SAF menjadi pilar penting menuju net zero emission 2060,” kata Odo dalam forum bertema “Empowering New Horizons of Aviation Toward Sustainability, Synergy & Global Collaboration”, dikutip Selasa, 11 November 2025.

(PT Pertamina Patra Niaga menggelar Pertamina Aviation Global Summit 2025. Foto: Dok istimewa)
Sementara itu, Direktur Pemasaran Pusat & Niaga Pertamina Patra Niaga Alimuddin Baso mengungkapkan, melalui Pertamina Aviation Global Summit, ini merupakan bentuk komitmen Pertamina Patra Niaga untuk mengambil peran aktif dalam membangun ekosistem SAF secara konkret.
“Forum ini bukan hanya ruang berbagi gagasan, tetapi juga langkah strategis memperkuat kolaborasi lintas sektor menuju penerbangan yang lebih berkelanjutan dan berdaya saing global,” ujar Alimuddin Baso.
Pertamina juga telah mengantongi sertifikasi keberlanjutan yaitu International Sustainability and Carbon Certification (ISCC) dan tengah menjajaki sistem ISCC Credit Transfer System guna memastikan transparansi dan traceability jejak karbon untuk memperkuat kapasitas pasokan Pertamina SAF.
“Ke depan, Pertamina Patra Niaga akan terus memperluas pengumpulan bahan baku lokal, serta membangun kemitraan strategis dengan mitra global. Transisi energi di sektor aviasi tidak dapat berjalan sendiri. Sinergi adalah kunci agar Indonesia dapat menjadi bagian penting dalam rantai pasok SAF dunia,” tambah Alimuddin Baso.
Head of Procurement Operations & Development Cathay Pacific Airways Kristof Van Passel menilai, Indonesia memiliki arah kebijakan dan kemampuan teknis yang menjanjikan. Cathay Pacific dan Pertamina juga menyepakati penjajakan kerja sama proyek SAF di Indonesia.
“Kami melihat keseriusan Pertamina dalam membangun rantai pasok SAF dari hulu hingga hilir. SAF adalah kunci dekarbonisasi aviasi, mampu mengurangi emisi hingga 80 persen tanpa perlu mengubah infrastruktur atau pesawat,” ujar Kristof.
Sementara itu, Associate Director Commercial Strategy, S&P Global Commodity Insights Daphne Tan mengatakan, langkah Indonesia melalui Pertamina sebagai kemajuan besar. Ia mengapresiasi peran Indonesia dalam membangun ekosistem SAF di kawasan Asia Pasifik.
“Dengan sumber daya seperti UCO, Indonesia memiliki keunggulan kompetitif untuk menjadi pusat SAF di Asia. Sertifikasi ISCC yang dimiliki Pertamina menjadi bagian penting dalam menjelaskan ketertelusuran atas keberlanjutan rantai nilai SAF secara global,” ujar Daphne.