Asap dari serangan Israel di Gaza. (Anadolu Agency)
Tel Aviv: Kepolisian Israel menarik kembali larangan menampilkan foto anak-anak Gaza dalam demonstrasi anti-perang setelah mendapat kecaman luas.
Kebijakan itu semula tercantum dalam panduan untuk unjuk rasa Standing Together pada Kamis lalu, yang melarang penggunaan foto anak-anak serta istilah “genosida” dan “pembersihan etnis.”
Panduan awal juga membatasi poster yang mengacu pada sandera Hamas, dengan alasan menjaga ketertiban umum. Keputusan itu segera diprotes oleh penyelenggara dan pengamat hak asasi, yang menilai sensor tersebut berlebihan.
Reaksi penyelenggara dan pembatalan kebijakan
Standing Together mengecam larangan konten tersebut sebagai bentuk “politisasi protes dan pembatasan kebebasan berekspresi.”
“Sejak Netanyahu memilih untuk meruntuhkan kesepakatan gencatan senjata demi mempertahankan koalisi, pembebasan sandera telah dihentikan, dan banyak anak-anak Palestina meninggal,” kata Standing Together dalam pernyataan resmi, dikutip dari Middle East Eye, Senin, 21 April 2025.
Menanggapi tekanan media, kepolisian segera menerbitkan panduan revisi tanpa batasan gambar maupun istilah yang semula dilarang. Times of Israel melaporkan penyelenggara kini dapat menampilkan kembali foto anak
Gaza dan poster sandera tanpa hambatan.
Pembatasan protes dalam konteks lebih luas
Langkah awal kepolisian ini terjadi di tengah pola pembatasan unjuk rasa yang lebih luas sejak konflik Hamas–Israel bergulir pada Oktober 2023. Demonstrasi anti-perang kerap dibubarkan, spanduk “hentikan genosida” disita, dan 23 aktivis ditahan dalam protes kecil di Haifa awal bulan ini.
Pembatalan larangan foto anak Gaza ini bersamaan dengan meningkatnya tekanan internasional atas krisis kemanusiaan di Gaza, di mana lebih dari 51.000 warga tewas, termasuk lebih dari 15.000 anak.
Para pengamat menilai pencabutan kebijakan ini sebagai upaya meredam kritik domestik dan global. (
Muhammad Adyatma Damardjati)
Baca juga:
PBB: 36 Serangan Israel Hanya Membunuh Wanita dan Anak-anak