Kardinal Mario Grech. Dok. Vaticannews
M Rodhi Aulia • 22 April 2025 17:25
Jakarta: Kardinal Mario Grech belakangan mencuat sebagai salah satu calon kuat pengganti Paus Fransiskus. Pria asal Malta ini bukan hanya menjadi tokoh penting di balik Sinode tentang Sinodalitas, tetapi juga dikenal karena perjalanan pemikirannya yang mencerminkan perubahan zaman dalam tubuh Gereja Katolik.
Sebagai Sekretaris Jenderal Sinode Uskup, Grech memegang posisi strategis yang membuatnya dekat dengan para kardinal pemilih serta memegang arah masa depan Gereja Katolik. "Kita tidak mengambil posisi apa pun," ujar Grech, dalam salah satu pernyataan yang menggambarkan pendekatan pastoralnya yang lebih terbuka dan mendengarkan.
Berikut adalah deretan fakta penting tentang Kardinal Mario Grech yang dikutip dari laman collegeofcardinalsreport:
Mario Grech lahir pada 20 Februari 1957 di Qala, Malta. Ia menyelesaikan pendidikan dasar dan menengah di Victoria Lyceum, Gozo, lalu melanjutkan studi filsafat dan teologi di seminari keuskupan Gozo. Dikenal berasal dari salah satu negara Katolik tertua di Eropa.
Setelah ditahbiskan sebagai imam pada 26 Mei 1984, Grech belajar di Roma dan meraih dua gelar bergengsi: Sarjana Hukum Perdata dan Hukum Kanon dari Universitas Kepausan Lateran serta Doktor Hukum Kanon dari Universitas Kepausan Santo Thomas Aquinas (Angelicum).
Baca juga: Fakta-fakta Profil Calon Paus Pietro Parolin
Diangkat sebagai Uskup Gozo oleh Paus Benediktus XVI pada 26 November 2005, Grech sempat dikenal konservatif, seperti ketika ia menentang legalisasi perceraian di Malta pada 2011 dan menekankan bahwa mereka yang tidak mengikuti ajaran Gereja tidak boleh menerima Komuni.
Grech mengalami transformasi pemikiran pasca terpilihnya Paus Fransiskus tahun 2013. Ia mulai mengambil pendekatan yang lebih progresif, termasuk menyuarakan keprihatinan terhadap bahasa katekismus soal homoseksualitas: “bahasa seperti itu menyakiti kaum homoseksual.”
Pada 2019, Grech ditunjuk sebagai Wakil Sekretaris Jenderal Sinode Para Uskup dan menjadi Sekretaris Jenderal pada 2020. Tak lama kemudian, pada 28 November 2020, ia diangkat sebagai kardinal oleh Paus Fransiskus.
Sebagai penggerak utama Sinode tentang Sinodalitas, Grech dikenal vokal. Ia pernah berkata, “Sinodalitas merupakan ciri khas Gereja yang mendengarkan,” menegaskan bahwa Gereja bukan sekadar memberi perintah, tapi juga menyerap suara umat.
Ia dikenal sebagai penulis utama “pedoman Malta” terkait Amoris Laetitia yang dinilai terlalu longgar soal Komuni bagi pasangan menikah ulang. Pada 2022, Grech mengecam 85 uskup yang mengkritik Jalan Sinode Jerman, menyebut mereka “tidak membantu” dan hanya “memantik perpecahan.”
Dalam wawancara tahun 2024, Grech menyatakan dukungannya terhadap diakon perempuan dan pendekatan pastoral yang lebih fleksibel. Hal ini menunjukkan keterbukaan terhadap isu yang selama ini sensitif di tubuh Gereja.
Sebagai uskup di negara yang terdampak arus migrasi, Grech kerap menyuarakan kritik tajam terhadap Eropa dan para pemimpinnya. Ia menyebut kebijakan anti-LSM sebagai “kriminal” dan bahkan menuduh masyarakat Malta sendiri melakukan “rasisme.”
Sebagai Sekjen Sinode, Grech menjadi wajah dari jalan sinodal yang diusung Paus Fransiskus dan dikenal luas oleh para kardinal pemilih. “Ia menjadi, lebih dari siapa pun, lambang jalan sinodal yang tidak dapat diubah lagi,” tulis laman collegeofcardinalsreport.