Tangkapan layar unggahan akun Instagram, @qorryauliarachmah.
Daviq Umar Al Faruq • 17 April 2025 10:01
Malang: Pengalaman pahit dialami Qorry Aulia Rachmah, 31, seorang wanita asal Bandung, Jawa Barat, saat menjalani perawatan di sebuah rumah sakit swasta di Kota Malang, Jawa Timur, pada 2022. Ia mengaku menjadi korban dugaan pelecehan seksual yang dilakukan oleh seorang dokter umum saat dirawat di kamar rawat inap.
Qorry yang dihubungi via telepon menceritakan detail peristiwa pada 27 September 2022. Saat itu, usia Qorry 29 tahun. Qorry mengaku kedatangannya ke Malang untuk berlibur dan mengunjungi teman.
"Saya memang orangnya ringkih, mudah sakit. Tanggal 26 September itu saya masuk IGD. Saya cari di Google rumah sakit swasta terbaik di Malang, dan ketemulah rumah sakit ini," ujarnya, Rabu, 16 April 2025.
Qorry kemudian ditangani oleh seorang dokter umum berinisial YA, yang diduga menjadi pelaku pelecehan. Setelah menjalani pemeriksaan awal dan mendapatkan infus, Qorry diminta untuk melakukan rontgen karena keluhan sinusitis dan vertigo yang dialaminya.
"Kata dokternya wajib di-rontgen. Sambil menunggu infus habis, hasil rontgen belum keluar. Dokter itu bilang titipkan nomor handphone di meja suster, nanti pihak rumah sakit akan menghubungi," lanjutnya.
Setibanya di vila tempatnya menginap, kondisi Qorry tak kunjung membaik. Ia memutuskan kembali ke rumah sakit tersebut. Tak disangka, dokter YA menghubunginya via WhatsApp, mengabarkan hasil rontgen-nya baik-baik saja.
"Saya kaget juga, kok bisa dokternya langsung yang menghubungi, bukan admin atau suster. Tapi ya sudah," kata Qorry.
Komunikasi antara Qory dan YA berlanjut, terutama setelah YA mengetahui Qorry kembali ke IGD. Meskipun saat itu bukan jam dinas, dokter YA, kata dia, tetap menanganinya.
Setelah diobservasi, Qorry dipindahkan ke kamar rawat inap VIP. Intensitas pesan dari dokter YA semakin sering, namun Qorry mulai merasa aneh dan tidak membalasnya.
Keesokan harinya, saat teman dan ibu temannya menjenguk, dokter YA tiba-tiba masuk ke kamar tanpa mengenakan jas dokter, namun membawa stetoskop.
"Di situ saya masih berusaha berpikir positif. Lalu teman saya pamit karena tidak bisa lama dan menitipkan saya ke dokter itu," ungkap Qorry.
Saat hanya berdua di kamar VIP, dokter YA yang semula duduk tiba-tiba berdiri dan menutup gorden kamar. Qorry yang merasa tidak nyaman namun takut, hanya bisa pasrah saat dokter tersebut meminta membuka baju pasien dengan alasan pemeriksaan.
"Dia bilang buka bajunya mau diperiksa. Saya nurut, meski tidak nyaman, karena dia bawa stetoskop dan geraknya cepat menutup gorden," tutur dia.
Tak hanya itu, Qorry juga diminta membuka pakaian dalamnya. Hal ini membuatnya semakin bingung dan takut, karena selama ini ia tidak pernah mengalami pemeriksaan seperti itu. Saat berusaha menutupi bagian dadanya, dokter YA mulai memeriksa menggunakan stetoskop dalam waktu yang tidak wajar.
"Saya makin tidak nyaman. Cek dada kiri, jarinya menyenggol puting. Lalu pindah ke kanan dan itu lama, tidak normal. Matanya ke puting," ungkap Qorry.
Puncak ketidaknyamanan terjadi ketika dokter YA mengeluarkan ponselnya dan mengarahkannya ke bagian dada Qorry. Spontan, Qorry bertanya, "Dok, ngapain?". Sejurus kemudian, Ya beralasan ingin membalas pesan temannya.
Saat itu, Qorry menduga YA hendak mengambil gambar. Ia segera menutup bajunya dan beralasan ingin istirahat agar dokter itu keluar. Namun, dokter YA terus mengajak berbicara.
"Saya tidak mengerti kenapa dia tetap berusaha di ruangan itu. Padahal saya sudah beralasan ingin istirahat. Akhirnya saya bilang kalau kondisi saya sudah membaik menurut dokter yang menangani," kata Qorry.
Setelah dokter YA keluar, ia masih terus mengirim pesan mengajak Qorry menonton bola dan bahkan datang ke kontrakannya. Qorry mengaku trauma dan tidak nyaman dengan perlakuan tersebut. Ia sempat berpikir untuk melapor ke suster, namun urung karena perkataan suster yang menyebut dokter YA sebagai orang baik.
Keesokan harinya, Qorry keluar dari rumah sakit. Komunikasi dengan dokter YA baru berhenti setelah teman Qorry berpura-pura menjadi pacarnya.
Awalnya, Qorry mengaku tidak berani menceritakan kejadian ini kepada siapapun karena malu. Namun, setelah mendengar kasus serupa di Garut dari temannya, Qorry akhirnya memberanikan diri untuk membeberkanya.
"Teman saya bilang untuk bicara, karena beberapa tahun bisa jadi ada korban lain," ujarnya.
Setelah Qorry menceritakan kisahnya, akun media sosial dokter YA yang sempat aktif mendadak menghilang. Data dokter umum di laman rumah sakit tersebut juga tidak dapat ditemukan.
Qorry juga mengaku mendapat kabar dari mantan kekasih dokter YA yang membenarkan adanya keanehan pada mantan pasangannya itu. Dalam percakapan itu, mantan kekasih dokter YA pun bersedia membantu. Pihak rumah sakit juga sempat memanggil Qorry terkait kejadian ini.
Kini Qorry mantap melanjutkan kasus ke jalur hukum demi keadilan dan mencegah adanya korban lain. Ia berencana datang ke Malang dalam waktu dekat untuk proses hukum lebih lanjut.
"Mungkin saya akan ke Malang pekan depan karena ada pekerjaan yang harus diselesaikan," pungkas Qorry.