Hamas Tuduh Netanyahu Hambat Gencatan Senjata di Gaza

Warga Gaza melihat kehancuran tempat tinggalnya. Foto: EFE-EPA

Hamas Tuduh Netanyahu Hambat Gencatan Senjata di Gaza

Medcom • 5 September 2024 15:43

Gaza:  Pejuang Hamas menuduh Perdana Menteri Israel, Benjamin Netanyahu, berusaha “melumpuhkan” tercapainya kesepakatan gencatan senjata di Gaza. Itu dilontarkan Netanyahu mengatakan bahwa Hamas telah “menolak semua” proposal dalam negosiasi yang sedang berlangsung.

Netanyahu berada di bawah tekanan untuk segera mencapai kesempatan yang akan membebaskan sandera yang masih ditahan. Sebelumnya, otoritas Israel menemukan 6 jenazah dari terowongan di Gaza, bagian dari operasi militer mereka.

"Kami sedang berusaha mencari cara untuk memulai negosiasi," kata Netanyahu pada Rabu, seperti dikutip Digital Journal, Kamis 5 September 2024.

"Tapi mereka (Hamas) menolak dan mengatakan bahwa tidak ada yang perlu dibicarakan," lanjut Netanyahu.

Hamas menuntut penarikan penuh Israel dari wilayah perbatasan Gaza dengan Mesir. Sementara Netanyahu bersikeras bahwa Israel harus mempertahankan kendali atas Koridor Philadelphia tersebut untuk mencegah penyelundupan senjata ke Hamas.

Serangannya yang terjadi terhadap Israel pada 7 Oktober telah memulai perang. Hamas menilai tuduhan Netanyahu ini adalah upaya untuk “menggagalkan kesepakatan” yang telah mereka setujui sebelumnya, hari Kamis.

Hamas juga menuduh Netanyahu menggunakan negosiasi untuk memperpanjang serangan terhadap militer Palestina. Sementara itu, Presiden  AS, Joe Biden berupaya mencari solusi untuk mengatasi kebutuhan dalam negosiasi ini.

"Kami tidak butuh usulan baru," ujar kelompok itu di Telegram.

"Hati-hati dengan jebakan dan tipu daya Netanyahu yang menggunakan negosiasi untuk memperpanjang serangan terhadap rakyat kami," tambah pernyataan Hamas.

Di tengah situasi ini protes berlangsung di Israel dan di beberapa kota minggu ini. Para pengunjuk rasa menuduh Netanyahu gagal mengambil langkah yang diperlukan untuk mencapai gencatan senjata, yang menyebabkan kematian beberapa sandera.

"Kami hanya berharap mereka kembali dengan selamat, hidup-hidup dan bukan dalam peti mati," kata Anet Kidron, yang komunitasnya di Kibbutz Beeri diserang pada 7 Oktober.

Sehingga, serangan yang terjadi di Hamas pada 7 Oktober membawa kematian 1.206 orang, kebanyakan warga sipil termasuk beberapa sandera yang terbunuh saat ditawan, menurut data resmi Israel, 

Selain itu, 251 sandera yang ditahan oleh militan Palestina selama serangan, 97 orang masih berada di Gaza, termasuk 33 orang yang menurut militer Israel telah tewas. Banyak sandera dibebaskan selama gencatan senjata satu minggu di bulan November.

Hingga saat ini, serangan Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 40 ribu orang, sebagian besar adalah wanita dan anak-anak. Meski demikian, militer Israel terus melanjutkan serangan terhadap kelompok militan di wilayah Tepi Barat.

"Kelompok-kelompok teroris dengan berbagai nama, baik di Nur al-Shams, Tulkarem, Faraa, atau Jenin, harus dihancurkan," ungkap, merujuk pada kota-kota dan kamp pengungsian yang saat ini menjadi sasaran operasi militer Israel.

Militer Israel melaporkan pada hari Kamis adanya serangan udara di Tubas yang menargetkan teroris bersenjata, menewaskan 5 dan 1 orang terluka parah.

Sejak serangan dimulai pada 28 Agustus, lebih dari 30 warga Palestina, termasuk anak-anak, dan militan, tewas. Infrastruktur di Jenin dan Tepi Barat telah rusak, dengan laporan pembatasan akses ke rumah sakit.

Di Gaza, serangan Israel menghancurkan infrastruktur air dan sanitasi, menyebabkan penyebaran penyakit.

Hal ini memicu kampanye vaksinasi polio, hampir 200.000 anak telah menerima vaksin pertama, dengan target lebih dari 640.000 anak yang divaksin penuh.

Amnesty Internasional mengkritik penghancuran ini sebagian tindakan yang mungkin termasuk kejahatan perang.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)