Ilustrasi. Foto: Shutterstock.
Jakarta: Fenomena doom spending, yang merujuk pada perilaku konsumen yang cenderung menghabiskan uang secara impulsif saat menghadapi ketidakpastian atau krisis, belakangan ini menjadi perhatian.
Banyak orang yang merasa cemas terhadap masa depan memilih untuk melampiaskan kekhawatiran mereka dengan belanja berlebihan, sering kali tanpa pertimbangan yang matang. Situasi ini semakin diperburuk oleh tekanan sosial dan akses mudah terhadap
belanja online.
Akibatnya, dampak ekonomi yang ditimbulkan dari doom spending tidak hanya dirasakan pada tingkat individu, tetapi juga memiliki implikasi yang lebih luas terhadap stabilitas keuangan masyarakat.
Berikut adalah dampak dari fenomena
doom spending terhadap kesehatan keuangan jangka panjang generasi z, dilansir laman
DBS.
1. Risiko utang dan arus kas negatif
Pengeluaran berlebihan tanpa perencanaan atau anggaran dapat menyebabkan penumpukan utang dan arus kas negatif yang sulit diatasi.
2. Kurangnya dana darurat
Tidak menyisihkan dana darurat untuk biaya tiga bulan hingga enam bulan membuat individu lebih rentan terhadap keadaan darurat finansial.
3. Kegagalan dalam investasi jangka panjang
Jika tabungan tidak mencukupi untuk diinvestasikan, individu berisiko gagal mencapai tujuan jangka panjang seperti pensiun.
4. Pengaruh lingkungan sosial
Nilai-nilai tentang uang yang terbentuk dari lingkungan sekitar dapat mempengaruhi perilaku konsumtif yang tidak terkendali.
5. Literasi keuangan
Literasi keuangan dapat membantu individu memahami pentingnya perencanaan keuangan dan menahan diri dari pengeluaran yang tidak perlu.
(Ilustrasi gemar berbelanja. Foto: Medcom.id)
Memahami dampak
doom spending penting agar kita lebih bijak mengatur uang. Menyiapkan anggaran, menyimpan dana darurat, dan berinvestasi adalah cara untuk mencegah pengeluaran berlebihan yang bisa merugikan.
Selain itu, pengetahuan tentang keuangan membantu kita melawan tekanan lingkungan yang mendorong belanja impulsif.
Dengan kesadaran ini, kita bisa menjaga keuangan tetap stabil dan mencapai tujuan jangka panjang tanpa terjebak dalam pola belanja yang merusak. (
Nanda Sabrina Khumairoh)