Masih Banyak Generasi Z-Milenial Abaikan Rekam Jejak Digital

Ilustrasi. Foto: Medcom.id

Masih Banyak Generasi Z-Milenial Abaikan Rekam Jejak Digital

Husen Miftahudin • 20 September 2024 16:21

Sijunjung: Dari 221 juta (79,5 persen) populasi penduduk Indonesia, 34 persen di antaranya adalah generasi Z. Generasi yang lahir antara 1997-2012 itu mendominasi penggunaan internet di Indonesia. Sayangnya, dominasi tersebut tidak berbanding lurus dengan kompetensi literasi digital.

"Banyak generasi Z dan milenial yang belum menyadari pentingnya menjaga rekam jejak digital di internet," kata Kepala Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Sijunjung Puji Basuki, dikutip dari keterangan tertulis, Jumat, 20 September 2024.

Puji menyampaikan hal tersebut dalam acara webinar literasi digital untuk segmen pendidikan yang digelar Kementerian Komunikasi dan Informatika (Kemkominfo) bersama Dinas Pendidikan Provinsi Sumatra Barat, di Kabupaten Sijunjung.

Puji mengatakan, semua aktivitas di media digital akan meninggalkan rekam jejak digital, baik yang positif maupun negatif. Digital footprint atau jejak digital merupakan berbagai data yang ditinggalkan ketika seseorang menggunakan layanan digital.

"Kata kunci yang diketikkan di mesin pencarian, pencarian produk online shop, status story, like, comment dan follow di media sosial, hingga website yang dikunjungi, semuanya meninggalkan jejak digital," jelas dia.

Menurut Puji, ada dua jenis jejak digital, yakni aktif dan pasif. Jejak digital aktif merupakan jejak atau data yang kita ciptakan secara sadar, ketika kita mengisi atau menambahkan konten pada suatu web, seperti membuat akun, memposting status, foto, video, mengomentari, menyukai, dan lainnya.

Sedangkan jejak digital pasif merupakan jejak atau data yang kita ciptakan tanpa kita sadari. Misalnya, browser history, Cookies, IP Address, lokasi, Log Access. "Semakin sering kita berselancar dan berkutat dengan internet, semakin besar pula jejak digital yang kita tinggalkan," tegas Puji.

Ia pun berpesan kepada pengguna digital untuk berhati-hati dengan jejak digital. Selain bersifat permanen, jejak digital merupakan reputasi kita yang harus dijaga agar tidak sampai jatuh ke orang tak bertanggung jawab.
 

Baca juga: Pentingnya Literasi Digital di Media Sosial
 

Tips positif tinggalkan jejak digital yang baik


Dari sudut pandang keamanan digital, CEO PT Elok Prima Asia Erlan Primansyah menegaskan, menjaga rekam jejak digital agar tetap baik erat kaitannya dengan pemahaman dan kompetensi keamanan digital.

"Tips positif dan aman agar meninggalkan jejak baik: batasi penggunaan internet dan media sosial, berkomentar hanya hal yang penting dan bukan sebaliknya yang penting komentar, hapus dan bersihkan akun media sosial yang tidak digunakan," jelas Erlan.

Sementara itu, dosen Universitas Paramadina Jakarta Septa Dinata meminta pengguna digital untuk menjaga keadaban digital, karena strategi sederhana ini dapat membantu menciptakan pengalaman daring yang lebih baik.

"Berpikir bijak sebelum membalas komentar atau pesan, hargai perbedaan, dan berdiri untuk diri sendiri dan orang lain. Selain itu, sikap empati perlu dikedepankan saat berinteraksi di dunia digital," papar Septa.

Untuk diketahui, nobar webinar seperti digelar di Kabupaten Sijunjung, ini merupakan bagian dari program Gerakan Nasional Literasi Digital (GNLD). GNLD digelar sebagai salah satu upaya untuk mempercepat transformasi digital di sektor pendidikan hingga kelompok masyarakat menuju Indonesia yang 'Makin Cakap Digital'.

Sejak dimulai pada 2017, sampai dengan akhir 2023 program ini tercatat telah diikuti 24,6 juta orang. Kegiatan ini diharapkan mampu menaikkan tingkat literasi digital 50 juta masyarakat Indonesia hingga akhir 2024.

Kecakapan digital menjadi penting, karena menurut hasil survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII), pengguna internet di Indonesia pada 2024 telah mencapai 221,5 juta jiwa dari total populasi 278,7 juta jiwa penduduk Indonesia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)