Ilustrasi. Foto Istimewa.
Media Indonesia • 13 December 2023 15:32
Jakarta: Indonesia berpotensi mengalami kerugian ekonomi sekitar Rp544 triliun dalam rentang 2022 hingga 2024 akibat perubahan iklim. Karenanya pemerintah menempatkan isu tersebut sebagai fokus dan prioritas dalam pembangunan jangka menengah panjang ke depan.
Hal itu disampaikan Deputi Bidang Ekonomi Kementerian Perencanaan Pembangunan Nasional/Bappenas Amalia Adininggar Widyasanti dalam peluncuran Indonesia Economic Prospects (IEP) bertajuk Climate Action for Development oleh Bank Dunia.
"Bila kita abaikan perubahan iklim dan tidak melakukan adaptasi, atau aksi iklim, kita akan mengalami kerugian ekonomi dan sosial, sekitar Rp544 triliun 2022-2024 nanti karena perubahan iklim," ujar Amalia di Jakarta, Rabu, 13 Desember 2023.
Karenanya, kata Amalia, pemerintah menempatkan aksi-aksi menghadapi perubahan iklim dalam rencana pembangunan jangka menengah nasional (RPJMN). Aksi-aksi tersebut tak semata untuk menyelamatkan potensi kerugian ekonomi, melainkan juga kerugian sosial yang terjadi akibat perubahan iklim.
Aspek sosial juga mengalami kerugian yang cukup besar. Salah satu contohnya ialah kenaikan permukaan air laut berkisar 0,8 cm per tahun berdampak langsung pada aktivitas penduduk yang tinggal di wilayah pesisir. Untuk itu, aksi untuk memitigasi di aspek sosial juga dijadikan prioritas.
Dalam RPJMN 2025-2045 yang sedang dibahas, pemerintah meletakkan strategi dan upaya pengurangan emisi gas rumah kaca (GRK). Targetnya, pada 2045 emisi GRK dapat berkurang hingga 93,5 persen. Itu disesuaikan dengan ambisi nol emisi di 2060.
"Jadi ini menunjukkan kepada semua pihak bahwa Indonesia berkomitmen melakukan aksi iklim 20 tahun ke depan," kata Amalia.
Agenda untuk menghadapi dan memitigasi pemburukan lebih lanjut dari perubahan iklim juga masuk ke dalam tujuan pencapaian pembangunan Indonesia. Sebab, Indonesia menginginkan pertumbuhan ekonomi yang inklusif dan berkelanjutan.
Pada aspek keberlanjutan itu, upaya melawan dan memitigasi perubahan iklim dituangkan. Salah satu agenda besarnya ialah menumbuhkan ekonomi hijau di Tanah Air. Pemanfaatan energi bersih secara masif, pengembangan sektor keuangan terhadap program-program hijau didorong untuk dilakukan.
"Kami tidak lagi melihat bahwa ekonomi hijau akan menghambat perekonomian secara menyeluruh. Kami mengubah paradigma, justru ekonomi hijau ini dapat menjadi sumber pertumbuhan baru bagi ekonomi Indonesia ke depan," jelas Amalia.
Baca juga: Indonesia Berkontribusi Tekan Dampak Perubahan Iklim