Korea Selatan. Foto: Unsplash.
Seoul: Perekonomian Korea Selatan (Korsel) secara tak terduga menyusut pada kuartal kedua, mencatat kontraksi paling tajam sejak 2022. Tragedi ini karena merosotnya belanja konsumen menghambat lonjakan ekspor.
Produk Domestik Bruto (PDB) Korsel untuk periode April-Juni turun 0,2 persen dari kuartal sebelumnya dalam penyesuaian musiman atau dibawah proyeksi kenaikan 0,1 persen yang dicatat oleh para analis dalam jajak pendapat Reuters. Penurunan tersebut merupakan yang paling tajam sejak kuartal keempat 2022.
"Data yang lemah, seiring dengan berkurangnya tekanan harga konsumen yang terlihat pada Juni, meningkatkan seruan bagi BOK untuk menurunkan suku bunga secepatnya pada bulan depan," kata beberapa analis, dilansir Channel News Asia, Kamis, 25 Juli 2024.
BOK mempertahankan suku bunga utamanya tidak berubah pada level tertinggi dalam 15 tahun sebesar 3,50 persen pada bulan ini dan menandai prospek perubahan kebijakan seiring dengan meredanya tekanan harga.
Penurunan suku bunga
Capital Economics mengatakan data tersebut menunjukkan permintaan domestik akan semakin memburuk. "Lemahnya angka PDB terbaru membuat kami lebih percaya diri dalam pandangan kami penurunan suku bunga sudah dekat,” kata Capital Economics dalam sebuah catatan.
Namun analis lain mengatakan BOK tidak akan melakukan penurunan suku bunga sampai kuartal berikutnya dan memilih menunggu Federal Reserve AS untuk mengambil tindakan terlebih dahulu. Pasar saat ini sepenuhnya memperkirakan penurunan suku bunga Fed pada September.
Secara tahunan, negara dengan ekonomi terbesar keempat di Asia ini tumbuh sebesar 2,3 persen, dibandingkan dengan kenaikan sebesar 3,3 persen pada kuartal pertama 2024.
Konsumsi swasta dan investasi konstruksi masing-masing turun 0,2 persen dan 1,1 persen dibandingkan kuartal sebelumnya, sementara ekspor meningkat 0,9 persen. Meskipun ada pelemahan, analis lain mengatakan masih ada resiko penurunan suku bunga yang perlu dipertimbangkan oleh para pembuat kebijakan.
Ekonom Citigroup Kim Jin-wook, yang memperkirakan perekonomian akan berkontraksi 0,3 persen secara kuartal, masih melihat BOK memangkas suku bunga pada Oktober namun kenaikan harga rumah menimbulkan risiko yang hawkish terhadap pandangan tersebut.
"Akan membutuhkan waktu bagi pasar perumahan untuk kembali stabil sehingga kemungkinan terjadi pemotongan pada Oktober," tegas dia.