Warga Palestina di Gaza yang melihat lingkungannya hancur diserang Israel. Foto: Associated Press
Fajar Nugraha • 6 November 2023 20:32
Gaza: Pasukan Israel terus melakukan serangan intensif yang menargetkan pejuang Palestina, Hamas, di Gaza pada hari Senin ketika perang hampir satu bulan. Sementara jumlah warga Palestina yang tewas menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas mendekati 10.000 orang di wilayah yang terkepung.
Bertekad untuk menghancurkan Hamas, Perdana Menteri Benjamin Netanyahu telah berjanji tidak akan berhenti meskipun ada seruan internasional untuk melakukan gencatan senjata.
Pasukan darat dengan tank telah membanjiri bagian utara Jalur Gaza dan memperketat pengepungan Kota Gaza, yang secara efektif membagi wilayah tersebut menjadi dua, bahkan ketika ratusan ribu warga sipil tetap berada di utara meskipun ada perintah evakuasi dari Israel.
Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan lebih dari 200 orang tewas dalam serangan semalam – sehari setelah melaporkan total korban tewas lebih dari 9.770, sebagian besar perempuan dan anak-anak. Sementara serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober menyebabkan 1.400 orang tewas di Israel dan menyebabkan lebih dari 240 sandera,
"Ini adalah pembantaian! Mereka menghancurkan tiga rumah di atas kepala penghuninya – perempuan dan anak-anak," kata seorang warga, Mahmoud Mechmech, kepada AFP di Deir al-Balah di Gaza tengah.
“Kami telah mengeluarkan 40 jenazah dari reruntuhan,” kata Mechmech ketika massa berdoa di sekitar jenazah yang dibungkus kain kafan putih di luar rumah sakit terdekat.
Sekutu Israel, Amerika Serikat, telah mengirim Menteri Luar Negeri Antony Blinken dalam tur Timur Tengah yang ditandai dengan kecaman keras terhadap Israel, termasuk kunjungan terakhirnya ke Turki.
Para kepala badan-badan utama PBB mengeluarkan pernyataan bersama yang menyerukan gencatan senjata di wilayah berpenduduk 2,4 juta orang di mana pengepungan Israel telah memutus sebagian besar pasokan air, makanan, dan bahan bakar.
“Selama hampir sebulan, dunia menyaksikan situasi yang terjadi di Israel dan Wilayah Pendudukan Palestina dalam keterkejutan dan kengerian atas meningkatnya jumlah nyawa yang hilang dan terkoyak,” kata pernyataan itu.
"Kita memerlukan gencatan senjata kemanusiaan segera. Sudah 30 hari berlalu. Cukup sudah. Ini harus dihentikan sekarang,” tegas para petinggi PBB.
Tentara Israel mengatakan pada hari Senin bahwa mereka telah menggempur Gaza dengan serangan baru yang ‘signifikan’ terhadap 450 sasaran, setelah sebelumnya mengatakan bahwa mereka telah mencapai lebih dari 12.000 sasaran.
Mereka juga melaporkan telah merebut pos komando Hamas di Gaza tengah, di mana tank-tank bergerak di antara reruntuhan bangunan.
“Kami akan melakukan perlawanan terhadap Hamas dimanapun mereka berada – di bawah tanah, di atas tanah,” kata juru bicara militer Israel Jonathan Conricus, mengulangi seruan kepada warga sipil untuk meninggalkan zona perang perkotaan.
“Kami akan mampu membongkar Hamas, benteng demi benteng, batalion demi batalion, sampai kami mencapai tujuan akhir, yaitu menyingkirkan Jalur Gaza dari Hamas,” imbuh Conricus.
Pasukan Israel dan pejuang Hamas terlibat dalam pertempuran sengit dari rumah ke rumah di Gaza yang padat penduduknya, di mana perang tersebut telah menyebabkan 1,5 juta orang melarikan diri ke bagian lain wilayah tersebut.
Netanyahu tetap teguh pada pendiriannya, dan bersumpah pada hari Minggu bahwa “tidak akan ada gencatan senjata sampai para sandera dikembalikan”.
“Sesaat sebelum rentetan serangan terakhir, saluran internet dan telepon diputus,” kata militer Israel.
Israel telah membagikan selebaran dan mengirim pesan teks yang memerintahkan warga sipil Palestina di Gaza utara untuk menuju ke selatan. Namun seorang pejabat AS mengatakan pada hari Sabtu bahwa setidaknya 350.000 warga sipil masih berada di daerah yang paling parah terkena dampaknya.
Conricus menuduh Hamas membangun terowongan di bawah rumah sakit, sekolah dan tempat ibadah di Gaza untuk menyembunyikan pejuang, merencanakan serangan dan menyimpan amunisi – tuduhan yang dibantah oleh kelompok militan tersebut.
Blinken dalam tur regionalnya – yang membawanya ke Israel, Yordania, Tepi Barat yang diduduki, Siprus dan Irak – menyerukan “jeda kemanusiaan” sambil menolak tuntutan negara-negara Arab untuk melakukan gencatan senjata.
Dia bertemu dengan Menlu Turki Hakan Fidan di Ankara pada hari Senin.
Menjelang kedatangan Blinken di Turki, anggota NATO, yang bersekutu dengan Palestina tetapi juga memiliki hubungan dengan Israel, polisi menggunakan gas air mata dan meriam air untuk membubarkan ratusan pengunjuk rasa yang berbaris di pangkalan udara yang menampung pasukan AS di tenggara Turki.
Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan sendiri melakukan perjalanan melintasi wilayah timur laut negaranya yang terpencil pada hari Senin, tampaknya meremehkan Blinken.
Turki mengatakan, pihaknya menarik duta besarnya untuk Israel dan memutuskan kontak dengan Netanyahu.
Bertemu dengan Blinken di Tepi Barat pada Minggu, Presiden Otoritas Palestina Mahmud Abbas mengecam "genosida dan kehancuran yang diderita rakyat Palestina di Gaza di tangan mesin perang Israel".