Asap terlihat dari wilayah Khan Younis yang diserang Israel. Foto: EFE-EPA
Fajar Nugraha • 21 August 2024 14:54
Gaza: Setidaknya 12 warga Palestina tewas dalam serangan udara Israel di sebuah sekolah yang menampung orang-orang terlantar di Kota Gaza. Hal ini ditegaskan oleh otoritas Pertahanan Sipil yang dikelola Hamas.
Seorang juru bicara mengatakan tim penyelamat berjuang keras untuk menyelamatkan sejumlah orang hilang yang diyakini terjebak di bawah reruntuhan sekolah Mustafa Hafez di lingkungan Rimal.
Militer Israel mengatakan, telah menargetkan pusat komando dan kendali Hamas di dalam sekolah tersebut, dan telah mengambil langkah-langkah untuk mengurangi risiko melukai warga sipil.
Sebelumnya, diumumkan bahwa pasukan telah menemukan jenazah enam sandera Israel yang ditawan di daerah Khan Younis.
Orang-orang tersebut termasuk di antara 251 orang yang diculik oleh orang-orang bersenjata yang dipimpin Hamas dalam serangan 7 Oktober di Israel selatan tahun lalu, ketika sekitar 1.200 orang juga tewas. Israel melancarkan operasi udara dan darat untuk menghancurkan Hamas sebagai balasannya, yang mana lebih dari 40.170 orang telah tewas di Gaza, menurut kementerian kesehatan yang dikelola Hamas di wilayah tersebut.
Perempuan dan anak-anak terdengar berteriak dan terlihat berlarian dari sekolah Mustafa Hafez yang diselimuti debu dalam sebuah video yang diunggah di media sosial yang memperlihatkan langsung akibat serangan pada Selasa pagi.
Kamera kemudian menyorot untuk memperlihatkan puing-puing di tanah di samping sisa-sisa bangunan dua lantai yang rata dengan tanah.
"Kami duduk dengan aman, kami tidak melihat ledakan itu," kata saksi mata Umm Mohammed, yang dikutip dari BBC, Rabu 21 Agustus 2024.
"Orang-orang sudah pergi, mereka meninggal. Mereka berada di bawah reruntuhan,” ucap Mohammed.
Juru bicara Pertahanan Sipil Mahmoud Basal mengatakan, pada sore hari bahwa kru penyelamat sejauh ini telah menemukan jenazah 12 orang.
Ia mengatakan serangan itu telah menargetkan seluruh sayap sekolah, tempat ia memperkirakan bahwa 700 orang mengungsi telah tinggal. Militer Israel (IDF) mengatakan pesawat telah melakukan "serangan tepat terhadap teroris yang beroperasi di dalam pusat komando dan kendali Hamas" yang telah disematkan di dalam sekolah dan digunakan untuk merencanakan dan melancarkan serangan terhadap pasukannya dan Israel.
"Sebelum serangan itu, sejumlah langkah telah diambil untuk mengurangi risiko melukai warga sipil, termasuk penggunaan amunisi tepat, pengawasan udara, dan intelijen tambahan," tambah Basal.
IDF menuduh Hamas melanggar hukum internasional dengan beroperasi di dalam infrastruktur sipil dan mengeksploitasi penduduk sipil Gaza - tuduhan yang sebelumnya dibantah Hamas.
Awal bulan ini, Kantor Hak Asasi Manusia PBB mengutuk apa yang disebutnya sebagai "meningkatnya frekuensi" serangan Israel terhadap sekolah-sekolah yang melindungi orang-orang terlantar dan menuduh IDF melakukannya "dengan mengabaikan tingkat kematian warga sipil yang tinggi".
Peringatan itu dikeluarkan setelah sedikitnya 70 warga Palestina tewas dalam serangan udara di sekolah al-Taba'een di Kota Gaza, menurut direktur rumah sakit setempat.
IDF menuduh sekolah itu "berfungsi sebagai fasilitas militer Hamas dan Jihad Islam yang aktif", dan telah mengonfirmasi identitas 31 "teroris" yang tewas. PBB mengatakan pada saat itu bahwa itu adalah serangan ke-21 terhadap sekolah yang berfungsi sebagai tempat penampungan sejak 4 Juli dan telah mengakibatkan sedikitnya 274 kematian. Pada hari Selasa, pertahanan sipil mengatakan lima orang tewas dalam serangan terhadap sebuah rumah di kamp pengungsi Bureij, di Gaza tengah, sementara kantor berita Palestina Wafa mengutip sumber-sumber medis yang mengatakan empat orang tewas di dekat Deir al-Balah.
IDF mengatakan pasukan dan pesawatnya telah "melenyapkan banyak teroris" yang beroperasi di Gaza tengah, termasuk dua orang yang keluar dari terowongan bawah tanah dan berusaha menanam alat peledak. Hal itu terjadi saat Menteri Luar Negeri AS, Antony Blinken, mengunjungi Mesir untuk terus memberikan tekanan diplomatik guna mencoba mengamankan gencatan senjata dan kesepakatan pembebasan sandera antara Israel dan Hamas. Tom Bateman dari BBC, yang bepergian dengan Blinken, mengatakan Amerika berharap akan adanya semacam terobosan dalam minggu depan atau lebih, tetapi suasana di lapangan di kawasan itu belum sesuai dengan harapan tersebut.
Setelah berunding dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu pada hari Senin, Blinken mengatakan Israel telah menerima proposal AS yang bertujuan untuk menjembatani kesenjangan yang tersisa antara pihak-pihak yang bertikai.
Namun Hamas menuduh AS "menyetujui" apa yang disebutnya sebagai "persyaratan baru" Netanyahu. Kelompok itu juga mengkritik klaim Presiden Joe Biden yang menyesatkan bahwa mereka tampaknya "menjauh" dari suatu kesepakatan.
Salah satu hal yang menjadi perdebatan utama adalah desakan Netanyahu agar pasukan Israel tetap berada di koridor Philadelphia, sebidang tanah sempit yang membentang di sepanjang perbatasan Gaza dengan Mesir, yang ditolak Hamas.
Netanyahu mengatakan hal itu perlu dilakukan untuk mencegah penyelundupan dan Hamas mempersenjatai diri, tetapi Hamas mengatakan hal itu akan menjadi pendudukan Israel yang berkelanjutan dan bukan akhir dari perang.