Pemotongan Suku Bunga Bank Sentral Inggris Masih Panjang

Inggris. Foto: Unsplash.

Pemotongan Suku Bunga Bank Sentral Inggris Masih Panjang

Arif Wicaksono • 17 February 2024 16:06

London: Kepala Ekonom  Bank of England (BOE) Huw Pill menuturkan pemotongan suku bunga pertama oleh BOE masih beberapa bulan lagi karena inflasi mungkin akan terus berlanjut meskipun perekonomian Inggris telah jatuh ke dalam resesi.
 

baca juga:

4 Negara yang Mengalami Resesi pada 2024


Berbicara pada konferensi National Association for Business Economics di Washington, Pill berpendapat masih belum cukup bukti inflasi akan menurun secara berkelanjutan meskipun terdapat fakta perekonomian menyusut pada paruh kedua tahun lalu.

Rendahnya kapasitas pertumbuhan perekonomian Inggris, yang merupakan konsekuensi dari ketatnya pasar tenaga kerja dan rendahnya produktivitas sehingga berada dalam resesi teknis tak serta merta menyebabkan penurunan tekanan pada inflasi.

 “Untuk mencapai titik di mana kita dapat mengambil langkah pada suku bunga Bank masih jauh. Saya pikir kita harus menunggu beberapa bulan lagi sampai kita dapat yakin komponen inflasi yang terus-menerus telah berkurang.” jelas dia dikutip dari Business Insider, Sabtu, 17 Februari 2024.

Minggu ini, Kantor Statistik Nasional Inggris mengatakan Produk Domestik Bruto (PDB) Inggris sudah menyusut dalam dua kuartal terakhir 2023. Meskipun resesi kecil, dengan total kontraksi sebesar 0,5 persen selama periode tersebut, dan diperkirakan berlangsung singkat.

Data menunjukan inflasi lebih rendah dari perkiraan namun pertumbuhan upah dan penjualan ritel berada di atas perkiraan. Sementara itu pelaku pasar memperkirakan penurunan suku bunga pertama pada Agustus dengan peluang penurunan yang lebih baik dari rata-rata menjadi 4,5 persen.
Awal bulan ini, BOE mengatakan suku bunga kini telah mencapai puncaknya pada 5,25 persen dan langkah selanjutnya kemungkinan besar akan diturunkan.

Di Komite Kebijakan Moneter Inggris yang beranggotakan sembilan orang, Pill merupakan mayoritas yang memilih untuk mempertahankan kebijakan. Salah satu anggota menyerukan pemotongan menjadi 5 persen dan dua anggota lainnya menginginkan kenaikan menjadi 5,5 persen.

faktor resesi ekonomi

Pill mengatakan resesi saja mungkin tidak cukup untuk mengubah prospek perekonomian. Inggris menghadapi trade-off yang lebih buruk antara aktivitas ekonomi dan inflasi yang berkinerja lebih buruh dibandingkan Amerika Serikat (AS), dimana perekonomiannya jauh lebih kuat. Batas kecepatan perekonomian Inggris yang rendah serta pertumbuhan yang buruk sekalipun dapat menyebabkan inflasi.

Pill mengatakan BOE sedang meneliti inflasi umum, yang telah turun dari puncaknya sebesar 11,1 persen menjadi 4 persen, dan lebih berfokus pada harga-harga dasar. BOE juga sedang mempertimbangkan ukuran-ukuran inflasi jasa, pertumbuhan upah dan ketatnya pasar tenaga kerja. Meskipun penurunan inflasi umum merupakan kabar baik namun terdapat alasan untuk berhati-hati.

“Kami berada di jalur yang tepat untuk kembali ke target inflasi, kami telah membuat kemajuan tetapi masih ada jalan yang harus ditempuh.” jelas dia yang menegaskan bukti lebih lanjut dari penurunan tajam inflasi dalam negeri akan sedikit lebih meyakinkan.

“Sebaran di seluruh perusahaan baik dalam hal upah dan penetapan harga, kini sudah berkurang namun masih tetap tinggi dibandingkan sebelum terjadinya pandemi. Jadi dari sudut pandang saya, setidaknya, saya ingin melihat penurunan lebih lanjut sebelum saya yakin bahwa dinamika harga upah dalam negeri yang mandiri benar-benar sedang disingkirkan dari sistem. Kami akan mempertahankan pembatasan sampai komponen yang persisten berhasil dihilangkan.” tegas dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Arif Wicaksono)