Ilustrasi. Foto: AP
Annisa ayu artanti • 14 October 2023 09:05
New York: Harga minyak mentah dunia melonjak mengakhiri minggu ini di tengah kegelisahan kondisi geopolitik Timur Tengah.
Krisis Timur Tengah bergerak ke fase baru yang lebih tinggi setelah Israel mengatakan mereka akan memulai serangan darat ke Gaza seminggu setelah perang baru dengan kelompok militan Palestina, Hamas.
Sementara itu, Gedung Putih mengumumkan sanksi pertamanya terhadap perusahaan-perusahaan yang membantu Rusia dalam menjual minyak dengan harga di atas USD60 per barel yang ditetapkan oleh Amerika Serikat dan sekutunya.
Baca juga: Wall Street Ditutup Beragam, Dow Jones Naik Paling Tinggi
Melansir Investing.com, Sabtu, 14 Oktober 2023, harga minyak mentah WTI yang diperdagangkan di New York untuk pengiriman November ditutup naik USD4,78, atau 5,8 persen menjadi USD87,69 per barel, setelah mencapai level tertinggi di USD87,83.
Sedangkan harga minyak mentah Brent yang diperdagangkan di London untuk kontrak teraktif Desember ditutup naik USD4,89, atau 5,7 persen menjadi USD90,89, kembali ke atas sweet spot USD90 per barel.
Pemicu kenaikan harga minyak
Reli harga minyak dipicu oleh serangan pembuka Hamas terhadap Israel dalam perang baru mereka. Pasar anjlok karena peningkatan stok minyak mentah AS terbesar sejak Februari dan rekor baru untuk produksi yang melampaui rekor sebelum pandemi.
Reuters juga melaporkan perusahaan minyak negara Saudi, Aramco (TADAWUL: 2222), telah memberi tahu setidaknya empat perusahaan penyulingan di Asia Utara akan memasok mereka dengan volume kontrak penuh yang dinominasikan untuk November.
Hal ini mematahkan anggapan prioritas Saudi adalah menjaga pasar tetap ketat dengan pengurangan produksi, bukan memastikan bahwa pasokan tersedia dengan cukup sesuai kebutuhan.
Iran bersemangat terlibat dalam aksi perang Timur Tengah
Di sisi lain, peran Iran dalam perang Israel-Hamas yang meluas sedang diawasi dengan ketat. Mengingat negara ini adalah eksportir minyak terbesar kelima di dunia.
Meskipun ekspor minyak Iran juga berada di bawah sanksi seperti Rusia, sejak akhir 2022, Washington telah menutup mata terhadap lonjakan pengiriman minyak mentah dari Republik Islam.
Prioritas di Washington saat itu adalah kesepakatan informal dengan Teheran sehingga memungkinkan lebih banyak pasokan minyak dunia untuk mengimbangi pengurangan produksi oleh kelompok produsen OPEC+.
Akibatnya, produksi minyak mentah Iran diperkirakan telah melonjak hampir 700 ribu barel per hari tahun ini - sumber pasokan tambahan terbesar kedua di 2023, setelah minyak serpih AS.
Penerapan ini dapat berubah jika Iran secara aktif terlibat dalam perang Hamas dengan Israel saat ini.