Ilustrasi rupiah. Foto: MI
Husen Miftahudin • 17 October 2023 17:05
Jakarta: Nilai tukar rupiah pada penutupan perdagangan hari ini akhirnya mengalami penguatan, setelah berminggu-minggu terus mengalami tekanan signifikan terhadap dolar Amerika Serikat (AS).
Mengutip data Bloomberg, Selasa, 17 Oktober 2023, nilai tukar rupiah terhadap USD ditutup di level Rp15.716 per USD. Mata uang Garuda tersebut naik tipis lima poin atau setara 0,03 persen dari posisi Rp15.721 per USD pada penutupan perdagangan hari sebelumnya.
"Pada penutupan pasar sore ini, mata uang rupiah ditutup menguat lima poin walaupun sebelumnya sempat menguat 15 poin di level Rp15.716 per USD dari penutupan sebelumnya di level Rp15.721 per USD," ungkap analis pasar uang Ibrahim Assuaibi dalam analisis harian.
Pasar soroti konflik Timur Tengah
Menurut Ibrahim, dolar AS berayun dalam kisaran yang ketat pada hari ini karena para pedagang mengamati perkembangan di Timur Tengah dan bersiap untuk serangkaian pidato pejabat bank sentral minggu ini untuk mengukur prospek kebijakan moneter.
Perhatian investor akan tertuju pada Ketua Federal Reserve AS Jerome Powell, yang akan menyampaikan pidatonya pada hari Kamis, di tengah minggu sibuknya pidato para kepala bank regional. Para pejabat Fed akan memasuki periode blackout pada 21 Oktober sebelum periode blackout The Fed pada 31 Oktober-1 November.
Presiden Federal Reserve Bank of Philadelphia Patrick Harker mengatakan bahwa bank sentral tidak boleh menciptakan tekanan baru pada perekonomian dengan meningkatkan biaya pinjaman.
"Pedagang dana berjangka Fed memperkirakan peluang 33 persen kenaikan suku bunga di Desember dan 10 persen peluang kenaikan suku bunga di November, menurut FedWatch Tool milik CME Group," ucap Ibrahim.
Kepala ekonom Bank Sentral Eropa Philip Lane mengatakan bank sentral akan memerlukan waktu, mungkin hingga musim semi mendatang, sebelum dapat yakin inflasi kembali ke target dua persen.
Di sisi lain, diplomat keuangan terkemuka Jepang Masato Kanda mengatakan yen masih dianggap sebagai aset safe haven seperti dolar dan franc Swiss meskipun baru-baru ini melemah, dan mendapat manfaat dari permintaan akibat konflik di Timur Tengah.
Sementara itu, shekel Israel pada Senin menembus level utama empat per dolar AS untuk pertama kalinya sejak 2015 di tengah kegelisahan atas perang Israel dengan kelompok militan Palestina Hamas.
Baca juga: Kemenkeu: Sektor Eksternal Indonesia Masih Kuat
Ditopang surplus neraca perdagangan
Dari dalam negeri, penguatan rupiah ditopang surplus neraca perdagangan Indonesia yang pada periode September 2023 sebesar USD3,42 miliar atau meningkat 0,30 persen secara bulanan (mtm). Dengan demikian, neraca perdagangan Indonesia tercatat surplus selama 41 bulan berturut-turut sejak Mei 2020.
Lebih lanjut, surplus
neraca perdagangan ditopang oleh surplus neraca komoditas non migas tercatat surplus sebesar USD5,34 miliar. Disumbang oleh komoditas bahan bakar mineral, lemak dan minyak hewan/nabati, serta besi dan baja. Namun, bila dibandingkan dengan bulan yang sama tahun lalu masih lebih rendah.
Selain itu, Bank Indonesia (BI) mencatat Utang Luar Negeri (ULN) Indonesia pada Agustus 2023 turun dibandingkan dengan bulan sebelumnya. Posisi ULN Indonesia pada akhir Agustus 2023 tercatat sebesar USD395,1 miliar.
"Angka ini turun jika dibandingkan dengan Juli 2023 yang mencapai USD397,1 miliar," tutur Ibrahim.
Posisi ULN pemerintah sendiri pada akhir Agustus 2023 tercatat sebesar USD191,6 miliar, turun dibandingkan dengan posisi bulan sebelumnya yang sebesar USD193,2 miliar. Secara tahunan, ULN ini tumbuh melambat menjadi 3,6 persen (yoy) dari periode sebelumnya sebesar 4,1 persen (yoy).
Melihat berbagai perkembangan tersebut, Ibrahim memprediksi rupiah pada perdagangan besok akan bergerak secara fluktuatif meskipun kemungkinan besar akan kembali mengalami penguatan.
"Untuk perdagangan besok, mata uang rupiah kemungkinan dibuka berfluktuatif namun ditutup menguat di rentang Rp15.690 per USD hingga Rp15.750 per USD," tutup Ibrahim.