Otoritas Moneter Singapura Pertahankan Suku Bunga

Singapura. Foto: Unsplash.

Otoritas Moneter Singapura Pertahankan Suku Bunga

Arif Wicaksono • 29 January 2024 19:03

Singapura: Otoritas Moneter Singapura (MAS) mempertahankan kebijakan moneter berbasis nilai tukarnya tidak berubah pada pertemuan ketiga berturut-turut.
 

baca juga: 

PM Lee: Ekonomi Singapura Tumbuh hingga 3% di 2024


Dalam pernyataan kebijakan moneternya sebagaimana dilansir Channel News Asia, Senin, 29 Januari 2024, Bank Sentral Singapura mengatakan akan mempertahankan tingkat apresiasi yang berlaku pada kisaran kebijakan nilai tukar efektif nominal dolar Singapura (S$NEER).

Ke-13 analis yang disurvei oleh Reuters memperkirakan MAS akan menunda perubahan kebijakannya. Kebijakan moneter tidak diubah pada dua tinjauan kebijakan pada 2023, dengan penyesuaian terakhir, yang memusatkan kembali titik tengah kisaran kebijakannya, pada Oktober 2022.

Tidak seperti kebanyakan bank sentral yang mengelola kebijakan moneter melalui tingkat suku bunga, MAS mengelola kebijakan moneter dengan membiarkan dolar lokal naik atau turun terhadap mata uang mitra dagang utamanya dalam kisaran yang tidak diungkapkan, yang dikenal sebagai S$NEER.

Pertumbuhan ekonomi

Dalam memaparkan prospeknya ke depan, MAS mencatat prospek perekonomian Singapura akan terus membaik di tahun depan dengan pertumbuhan produk domestik bruto (PDB) diproyeksikan antara satu dan tiga persen.

Perubahan haluan dalam siklus elektronik global dan antisipasi pelonggaran suku bunga global akan membantu mendukung pemulihan di sektor manufaktur dan keuanga seiring dengan pertumbuhan sektor-sektor yang berorientasi domestik semakin normal menuju tingkat sebelum pandemi.

“Jika tidak ada guncangan global lebih lanjut, perekonomian Singapura diperkirakan akan menguat pada 2024, dengan pertumbuhan yang lebih luas,” tulisnya dalam pernyataan tinjauan kebijakannya.

Inflasi inti tetap tinggi

Bank Sentral Singapura memperkirakan inflasi inti, yang tidak termasuk biaya akomodasi dan transportasi pribadi, kemungkinan akan tetap tinggi pada awal tahun ini.

Untuk kuartal pertama, kenaikan harga konsumen diperkirakan sebagian disebabkan oleh dampak satu kali saja dari kenaikan Pajak Barang dan Jasa (GST) sebesar satu poin presentase, serta kenaikan pajak karbon.

"Namun inflasi inti, yang merupakan barometer utama bagi bank sentral, harus menurun secara bertahap dan turun pada kuartal keempat sebelum turun lebih lanjut pada tahun depan," tambah MAS.

Pengukur inflasi utama diperkirakan akan melambat ke rata-rata 2,5 hingga 3,5 persen untuk 2024, tidak berubah dari perkiraan sebelumnya. Tanpa memperhitungkan dampak kenaikan tarif GST tahun ini, inflasi inti diperkirakan sebesar 1,5 hingga 2,5 persen.

Namun, bank sentral menurunkan perkiraan inflasi secara keseluruhan ke kisaran 2,5 hingga 3,5 persen, turun dari kisaran sebelumnya sebesar 3 hingga 4 persen.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Arif Wicaksono)