Ilustrasi pertumbuhan ekonomi. Foto: dok Medcom.id
Fetry Wuryasti • 10 January 2024 18:34
Jakarta: Saat ini terjadi penurunan proyeksi pertumbuhan ekonomi global, disertai inflasi yang diperkirakan masih tinggi di 2024, meski ada kecenderungan turun.
Konflik regional juga mungkin masih berlanjut, dengan eskalasi yang naik dan turun, dan dunia mulai terbiasa dengan itu. Faktor lain yang patut menjadi perhatian yaitu cuaca ekstrem fenomena El Nino.
Konsekuensi dari inflasi yang masih relatif tinggi yaitu tren suku bunga bank sentral AS yang akan masih tinggi di 2024. Kebijakan Bank Indonesia (BI) hampir pasti akan dipengaruhi oleh situasi di Amerika Serikat (AS).
"Kemungkinan kenaikan tingkat suku bunga sudah relatif kecil, tetapi kemungkinan masih akan berada di level ketinggian. Dengan kata lain kebijakan global masih ketat," kata Direktur Riset Core Indonesia Akhmad Akbar Susamto pada diskusi Denpasar 12 Edisi 176 Mengenai Prospek Ekonomi Indonesia 2024, Rabu, 10 Januari 2024.
Sebagai konsekuensi dari tingkat suku bunga yang tinggi adalah sebagian orang yang membawa uang dari negara-negara maju parkir untuk di Indonesia karena ingin mendapatkan selisih tingkat suku bunga.
Ketika tingkat suku bunga di AS naik, dengan hitungan tertentu, investor akan memilih kembali ke AS. Kecuali tingkat suku bunga di Indonesia juga naik.
Konsekuensi dari hal tersebut, yaitu posisi tukar rupiah relatif lemah, karena adanya capital outflow. Dia melihat kemungkinan tren tersebut akan masih berlanjut pada 2024, meski situasi rupiah tidak seburuk mata uang negara-negara lain. Kinerja rupiah dibandingkan dengan mata uang lainnya, terapresiasi 0,35 persen per 8 Desember 2023.
Dari sisi neraca pembayaran untuk 2024, kemungkinan akan masih ada tekanan pada kinerja neraca perdagangan, terkait dengan ekspor dan impor. Maka ini akan membawa konsekuensi pada stabilitas nilai tukar rupiah.
"Saya memperkirakan 2024, kemungkinan kebijakan Bank Indonesia yang akan tetap menerapkan tingkat suku bunga tinggi. Per 21 Desember 2023, BI rate sudah di 6,0 persen dan kemungkinan akan dipertahankan, meski kemungkinan kenaikan laginya kecil, tetapi potensi diturunkan juga kecil," kata Akbar.
Baca juga: Pertumbuhan Ekonomi Dunia 2024 Diramal Suram