Tank Israel dalam operasi darat di dekat perbatasan Gaza. Foto: Associated Press
Fajar Nugraha • 8 November 2023 16:48
Gaza: Operasi Israel untuk menghancurkan wilayah Gaza yang dikuasai Hamas memasuki bulan kedua pada Rabu 8 November 2023, ketika pasukannya memerangi militan Palestina di Kota Gaza, meskipun ada seruan untuk gencatan senjata.
Menggarisbawahi tekad Israel untuk menghancurkan Hamas, Menteri Pertahanan Yoav Gallant menggambarkan Gaza sebagai “pangkalan teroris terbesar yang pernah dibangun.”
“Kami berada di jantung Kota Gaza,” kata Gallant, seperti dikutip AFP.
Israel melancarkan kampanye besar-besaran di Jalur Gaza setelah militan Hamas melancarkan serangan yang belum pernah terjadi sebelumnya pada 7 Oktober. Sejak serangan itu warga Palestina tewas hingga lebih dari 10.300 jiwa yang di antaranya adalah anak-anak.
Serangan dari Hamas juga telah menewaskan lebih dari 1.400 orang, sebagian besar dari mereka adalah warga sipil.
Seruan untuk menghentikan pertempuran tidak dihiraukan, dan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu menegaskan tidak akan ada jeda sampai lebih dari 240 sandera yang ditangkap oleh Hamas dibebaskan.
Kepala Hak Asasi Manusia PBB Volker Turk mengatakan bulan lalu adalah bulan yang ditandai dengan “pembantaian, penderitaan yang tak henti-hentinya, pertumpahan darah, kehancuran, kemarahan dan keputusasaan”.
Israel telah menyerang Gaza dengan lebih dari 12.000 serangan udara dan artileri dan mengirimkan pasukan darat yang secara efektif membelahnya menjadi dua.
Mereka telah menjatuhkan selebaran dari udara dan mengirimkan pesan teks yang memerintahkan warga sipil di Gaza utara untuk melarikan diri ke selatan. Namun seorang pejabat AS mengatakan pada Sabtu bahwa setidaknya 350.000 warga sipil masih berada di daerah yang paling parah terkena dampaknya.
Sambil menggendong salah satu balitanya, Amira al-Sakani mengatakan, dia melarikan diri dari Kota Gaza setelah menemukan brosur Israel yang dijatuhkan dari udara.
Dalam perjalanan, Sakani mengatakan, “dia melihat mayat para martir, beberapa di antaranya terpotong-potong ketika orang-orang melarikan diri dari pertempuran terburuk”.
“Hidup kami tragis. Kami tidak menginginkan perang, kami menginginkan perdamaian,” tambah Sakani.
Komite Palang Merah Internasional, yang mengatakan salah satu konvoi kemanusiaannya di Gaza terkena tembakan pada Selasa, menuntut diakhirinya penderitaan warga sipil.
“Anak-anak direnggut dari keluarga mereka dan disandera. Di Gaza, ahli bedah ICRC merawat balita yang kulitnya hangus akibat luka bakar yang meluas,” kata presiden organisasi tersebut, Mirjana Spoljaric.
Analis militer memperingatkan akan terjadi pertempuran sengit dari rumah ke rumah selama berminggu-minggu di Gaza, dengan sekitar 30 tentara Israel tewas dalam serangan tersebut.
Operasi ini sangat rumit bagi Israel karena para sandera, termasuk anak-anak yang masih sangat kecil dan orang lanjut usia yang lemah, diyakini ditahan di dalam jaringan terowongan yang luas.