Ilustrasi rupiah. Foto: MI/Rommy.
Jakarta: Laju mata uang rupiah terus melemah pada hari ini. Rupiah tertekan setelah data-data ekonomi AS tak cukup meyakinkan untuk mendukung penurunan suku bunga The Fed pada tahun ini.
Pada akhir perdagangan Jumat, 17 Mei 2024, laju kurs rupiah melemah 31 poin atau 0,20 persen menjadi Rp15.955 per USD dari sebelumnya sebesar Rp15.924 per USD.
Angka inflasi tahunan AS pada April lebih rendah dibandingkan bulan sebelumnya, angka tersebut mendorong keyakinan The Fed dapat menurunkan suku bunga pada September dan Desember.
Hal ini mendorong reli pada saham dan obligasi serta memberikan tekanan pada dolar. AS Penjualan ritel AS juga datar di April dan lebih lemah dari perkiraan, dan output manufaktur secara tak terduga turun
Menurut CME FedWatch Tool, para pedagang saat ini memperkirakan sekitar 70 persen kemungkinan penurunan suku bunga AS pada September. Angka ini meningkat tajam dibandingkan awal minggu ini.
Kepala Manajemen Portofolio Jangka Pendek di PIMCO Jerome Schneider mengatakan data inflasi AS terbaru mengkonfirmasi kepada investor potensi kenaikan suku bunga jangka pendek tak terjadi walaupun inflasi masih tinggi.
"Lebih penting lagi ketika Anda melihat apa yang terjadi dalam segmen CPI dan [Indeks Harga Pengeluaran Konsumsi Pribadi], yang merupakan indikator inflasi yang lebih lazim bagi Federal Reserve, masih relatif tangguh," kata Schneider.
Dia menambahkan, meskipun data inflasi terbaru menenangkan investor, usaha The Fed menekan inflasi mendekati target dua persen tampak mustahil pada saat ini.
Klaim tunjangan pengangguran turun
Pasar juga bergulat dengan penurunan jumlah orang AS yang mengajukan klaim baru tunjangan pengangguran minggu lalu yang menunjukkan adanya kekuatan mendasar di pasar tenaga kerja AS. Perekonomian yang kuat dapat mempertahankan suku bunga lebih tinggi untuk jangka waktu yang lebih lama.
Departemen Tenaga Kerja AS memaparkan klaim awal tunjangan pengangguran AS turun 10 ribu menjadi 222 ribu yang disesuaikan secara musiman untuk pekan yang berakhir 11 Mei 2024. Ekonom yang disurvei oleh Reuters memperkirakan 220 ribu klaim pada minggu terakhir.