KTT Perubahan Iklim COP29 berlangsung di Baku, Azerbaijan, 11 November 2024. (EPA-EFE)
Willy Haryono • 25 November 2024 13:45
Baku: Arab Saudi mendapat sorotan tajam di Konferensi Perubahan Iklim COP29 di Baku, Azerbaijan, setelah seorang delegasi seniornya dituduh mengedit langsung teks negosiasi resmi.
Tuduhan mengenai penyuntingan ini pertama kali diungkapkan surat kabar Inggris, The Guardian, yang melaporkan pada Sabtu 24 November 2024 bahwa dokumen tersebut dikirimkan dalam format "track changes.” menunjukkan adanya perubahan dari versi sebelumnya.
Menurut laporan tersebut, perubahan dilakukan oleh Basel Alsubaity, seorang delegasi dari Kementerian Energi Saudi yang memimpin program Just Transition Work Programme (JTWP).
Melansir dari Middle East Eye, Senin 25 November 2024, program ini bertujuan membantu negara-negara bertransisi menuju masa depan yang lebih bersih dan tangguh dengan mengurangi ketimpangan global.
Salah satu perubahan yang ditemukan adalah penghapusan bagian yang mendorong negara-negara anggota untuk mempertimbangkan jalur transisi adil dalam rencana aksi iklim nasional mereka (NDCs, NAPs, dan LT-LEDs) yang selaras dengan Kesepakatan Paris dan hasil evaluasi global pertama.
Arab Saudi telah lama dianggap sebagai pihak yang sering menghambat langkah-langkah pengurangan emisi bahan bakar fosil dalam konferensi COP.
Bahkan, dalam COP29 yang diadakan di Baku, Azerbaijan, kerajaan itu digambarkan sebagai "penghancur" oleh sejumlah pakar dan pejabat asing.
Sebelumnya, Albara Tawfiq, seorang pejabat Saudi, menyatakan bahwa negara-negara Arab akan menentang kesepakatan iklim apa pun yang menargetkan bahan bakar fosil.
Pernyataan ini memperkuat kekhawatiran bahwa Arab Saudi aktif menghalangi upaya memperbarui janji transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan yang dibuat tahun lalu.
Selain itu, laporan juga menyebut Arab Saudi memblokir Mitigation Work Programme (MWP), saluran pembicaraan yang bertujuan untuk mempercepat transisi menuju energi terbarukan.
Andreas Sieber, direktur asosiasi kebijakan di organisasi anti-bahan bakar fosil 350.org, mengungkapkan, "Kami melihat rancangan teks yang sangat kuat tentang transisi dari bahan bakar fosil ke energi terbarukan, namun mereka benar-benar memblokirnya."
Kontroversi ini menimbulkan pertanyaan besar tentang komitmen Saudi Arabia terhadap agenda iklim global, terutama di tengah tekanan internasional untuk mempercepat transisi energi. (Muhammad Reyhansyah)
Baca juga: Perubahan Iklim Fakta, Komunitas B2W: Saatnya Cegah Peningkatan Pemanasan Global