Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken. (EPA)
Medcom • 2 April 2024 20:36
Washington: Menteri Luar Negeri Amerika Serikat (AS) Antony Blinken menyerukan reformasi Palestina lebih lanjut setelah penunjukan pemerintahan baru. Hal ini diungkapkan Blinken melalui sambungan telepon dengan pemimpin Otoritas Palestina (PA) Mahmoud Abbas, di saat Washington sedang mencari solusi setelah perang di Gaza berakhir suatu saat nanti.
"Amerika Serikat berharap dapat bekerja sama dengan kabinet PA yang baru untuk mempromosikan perdamaian, keamanan dan kemakmuran serta mendesak penerapan reformasi yang diperlukan," kata juru bicara Kementerian Luar Negeri AS Matthew Miller, seperti dikutip dari The New Arab pada Selasa, 2 April 2024.
"Menteri Blinken menekankan bahwa revitalisasi PA sangat penting untuk memberikan hasil bagi rakyat Palestina, baik di Tepi Barat mau pun Gaza," lanjutnya.
Pekan lalu, Abbas menyetujui pemerintahan baru yang dipimpin Mohammed Mustafa, penasihat urusan ekonomi yang sudah lama dipercaya. Pemerintahan baru ini juga meliputi perwakilan perempuan dan warga Palestina dari Gaza.
Sejak perang di Gaza meletus pada Oktober 2023, AS telah mendesak PA untuk memberantas korupsi dan memunculkan wajah-wajah baru dengan harapan bahwa pemerintahan tersebut, yang memiliki otonomi terbatas di beberapa wilayah Tepi Barat, dapat mengambil alih Gaza.
Sementara itu, Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu, yang telah lama berjuang melawan negara Palestina, dan pemerintahan sayap kanan ekstremnya telah menjelaskan bahwa mereka tidak tertarik pada peran PA.
Namun Miller mengatakan bahwa Blinken "menggarisbawahi komitmen AS terhadap realisasi pembentukan negara Palestina merdeka dengan jaminan keamanan bagi Israel."
Blinken berbicara dengan Abbas tak lama setelah diplomat tinggi AS itu bergabung dalam pertemuan virtual dengan para pemimpin Israel mengenai rencana serangan darat ke Rafah, kota yang dihuni lebih dari separuh pengungsi Gaza sejak meletusnya perang.
AS telah memperingatkan Israel terhadap rencana serangan darat ke Rafah, kendati masih mempertahankan dukungannya terhadap Tel Aviv, termasuk kelanjutan pengiriman senjata.
Kampanye militer brutal Israel di Gaza telah menewaskan lebih dari 32.000 orang, sebagian besar perempuan dan anak-anak, dan masih banyak lagi yang dikhawatirkan masih terjebak di bawah reruntuhan.
Kelaparan yang mengancam dan penyebaran penyakit juga kemungkinan akan memperburuk jumlah korban jiwa di Gaza, lapor badan-badan PBB. (Nabila Ramadhanty Putri Darmadi)
Baca juga: Keenam Kalinya, Menlu AS Kunjungi Timur Tengah Bahas Situasi Gaza