Ilustrasi perbankan . Foto: Unsplash.
Berlin: Bank besar di Jerman alami kenaikan risiko pinjaman terbesar dengan meningkat hampir 50 persen pada paruh pertama tahun ini.
Banyak bank mengatakan pinjaman kepada perusahaan dan konsumen yang bermasalah menjadi penyebabnya. Beberapa mengatakan keadaan mungkin akan memburuk sebelum membaik.
"Ketidakpastian geopolitik akan terus berdampak pada perekonomian secara keseluruhan di bulan-bulan terakhir tahun ini," kata DZ Bank yang merupakan pemberi pinjaman terbesar kedua di Jerman berdasarkan aset dikutip dari Business Times, Sabtu, 31 Agustus 2024.
DZ Bank menaikkan ketentuan risiko empat kali lipat dibandingkan dengan periode tahun sebelumnya. Sebagian besar bank lain juga menyisihkan lebih banyak uang.
Ekonomi Jerman telah berjuang sejak invasi Rusia ke Ukraina yang mengakhiri era harga energi rendah secara tiba-tiba.
Meningkatnya biaya pinjaman menyebabkan Jerman mengalami stagnasi berkepanjangan, dengan harapan baru-baru ini memudar untuk pemulihan yang cepat.
Presiden Institut IFO Clemens Fuest memperingatkan awal minggu ini Jerman sedang terjerumus ke dalam krisis.
"Kebangkrutan perusahaan di Jerman meningkat hampir 30 persen dalam enam bulan hingga Juni dibandingkan tahun sebelumnya, mencapai tingkat tertinggi dalam satu dekade," menurut firma pemeringkatan kredit konsumen Creditreform.
perusahaan bermasalah
Di antara perusahaan yang menghadapi kesulitan keuangan adalah produsen bahan kimia OQ Chemicals GmbH dan Heubach GmbH, pedagang komoditas BayWa, dan produsen baterai Varta.
Pemberi pinjaman kepada perusahaan-perusahaan ini termasuk BayernLB, Commerzbank, Deutsche Bank, LBBW, dan NordLB, menurut data yang dikumpulkan oleh Bloomberg.
"Ada kemungkinan bahwa kebangkrutan perusahaan akan meningkat dalam beberapa bulan mendatang mengingat berbagai masalah termasuk biaya pinjaman yang lebih tinggi," ujar Commerzbank mengatakan dalam laporan kuartal kedua yang diterbitkan awal bulan ini.
Pemberi pinjaman tersebut meningkatkan ketentuan kredit di segmen klien korporatnya sebesar 52 persen pada paruh pertama tahun ini.