Ini Tantangan Baru Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan di Indonesia

Ilustrasi. Foto: Dok istimewa

Ini Tantangan Baru Pembangunan Infrastruktur Berkelanjutan di Indonesia

Eko Nordiansyah • 1 July 2025 19:35

Jakarta: Pemerintah mewaspadai dampak lanjutan dari eskalasi ketidakpastian global terhadap perekonomian Indonesia. Perang di Timur Tengah hingga perang dagang disebut sebagai pemicu pelemahan ekspor, tekanan terhadap nilai tukar rupiah, serta lonjakan harga komoditas global.

Menteri Keuangan Sri Mulyani Indrawati menyampaikan, situasi global saat ini membentuk kombinasi risiko yang kompleks. Ia menyebut, ekonomi global menghadapi meningkatnya inflasi di tengah perlambatan ekonomi dunia.

“Risiko bagi Indonesia juga patut diwaspadai. Melemahnya ekonomi global akan berdampak pada barang-barang ekspor Indonesia. Harga komoditas memang ada yang meningkat tajam, tetapi bukan karena faktor supply-demand, melainkan akibat disrupsi,” ujarnya dikutip Selasa, 1 Juli 2025.

Di tengah lanskap global yang semakin tidak menentu, sektor infrastruktur nasional juga menghadapi tantangan baru. PT Indonesia Infrastructure Finance (IIF) menegaskan bahwa momentum transisi ke arah pembangunan berkelanjutan harus tetap berjalan.
 

Baca juga: 

Menkeu Beberkan Kunci Sukses Capai Ekonomi Tinggi, Konsumsi dan Investasi!



(Ilustrasi pembiayaan infrastruktur oleh IIF. Foto: Dok istimewa)

Chief Investment Officer IIF, M. Ramadhan Harahap mengatakan, konflik di Timur Tengah telah menimbulkan efek sistemik terhadap pasar global, terutama di sektor energi dan keuangan. Meski begitu pembangunan berkelanjutan menjadi tujuan utama untuk mengurangi ketergantungan energi fosil dan membangun infrastruktur yang lebih ramah lingkungan.

“Konflik Timur Tengah menimbulkan tekanan langsung terhadap harga minyak dunia dan menciptakan volatilitas yang tinggi di sektor pembiayaan. Hal ini berdampak pada cost of capital proyek, terutama untuk infrastruktur dengan ketergantungan tinggi pada bahan bakar fosil atau peralatan impor,” ujar Idhan.

Senada dengan pernyataan tersebut, IIF memandang krisis global ini sebagai katalis untuk mempercepat reformasi struktural di sektor infrastruktur menuju sistem yang lebih tangguh dan adaptif terhadap perubahan. Menurut Idhan, meningkatnya harga energi global dapat memperkuat daya tarik proyek energi terbarukan seperti panas bumi, PLTS, dan biogas.

“Kita sedang berada pada titik balik. Krisis ini justru memperkuat argumentasi bahwa Indonesia harus mempercepat kemandirian energi melalui proyek-proyek hijau yang stabil dan terukur,” tambah dia.

Pembiayaan IIF untuk proyek infrastruktur berkelanjutan

Portofolio pembiayaan IIF memang mengarah pada proyek infrastruktur yang berkontribusi langsung terhadap tujuan pembangunan berkelanjutan (TPB). Selain pembiayaan, IIF juga memperkuat ketahanan proyek nasional melalui layanan ESG Advisory yang komprehensif, guna memastikan bahwa proyek-proyek tersebut tidak hanya layak secara ekonomi, tetapi juga tangguh terhadap tekanan lingkungan dan sosial di tingkat global.

“Kami mendesain pembiayaan yang adaptif terhadap risiko global, baik dari sisi keuangan, lingkungan, maupun tata kelola. Ini penting agar proyek-proyek hari ini tidak menjadi beban bagi generasi mendatang,” jelas Idhan.

Selanjutnya, Idhan menyampaikan bahwa IIF akan terus menjembatani kebutuhan pembangunan nasional dengan dinamika global yang tengah berubah cepat, serta memperkuat kerja sama dengan mitra multilateral dan investor berorientasi ESG.

“Tantangan geopolitik ini bukan alasan untuk berhenti. Justru menjadi pengingat infrastruktur masa depan harus lebih kuat, lebih hijau, dan lebih mandiri,” tutup dia.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)