Ilustrasi. Foto: Freepik.
Houston: Harga minyak naik pada Kamis, 24 Juli 2025 didorong oleh penurunan tajam stok minyak mentah Amerika Serikat (AS) serta meningkatnya optimisme atas lebih banyak kesepakatan dagang menjelang tenggat waktu Presiden Donald Trump.
Dilansir dari Investing.com, Jumat 25 Juli 2025, minyak mentah berjangka Brent yang berakhir pada bulan September naik 0,9 persen menjadi USD69,11 per barel dan minyak mentah berjangka West Texas Intermediate (WTI) naik 1,1 persen menjadi USD65,96 per barel.
Kedua kontrak telah menurun selama empat sesi terakhir seiring semakin dekatnya batas waktu tarif Trump pada 1 Agustus, yang meningkatkan kekhawatiran akan berkurangnya aktivitas global yang mengakibatkan melemahnya permintaan energi.
(Ilustrasi. Foto: Freepik)
Persediaan minyak mentah AS turun
Menurut data Badan Informasi Energi (EIA), persediaan minyak mentah AS turun tajam minggu lalu karena kilang-kilang meningkatkan aktivitas dan ekspor tetap kuat. Stok minyak mentah turun 3,17 juta barel dalam pekan hingga 19 Juli, jauh melampaui ekspektasi analis sebesar 1,6 juta barel.
Dengan stok komersial yang kini sekitar Sembilan persen di bawah rata-rata musiman lima tahun terakhir, yaitu sekitar 419 juta barel, penurunan tajam ini menandakan semakin ketatnya keseimbangan pasokan di pasar.
Stok bensin juga turun 1,7 juta barel, dibandingkan dengan perkiraan penurunan 900 ribu barel, sementara stok distilat naik 2,9 juta barel, mencerminkan pengisian stok musiman.
Fokus perundingan perdagangan Uni Eropa-AS
Uni Eropa dan AS hampir mencapai kesepakatan perdagangan yang akan mengenakan tarif 15 persen atas impor Eropa. Baik Uni Eropa maupun AS akan menghapus tarif untuk beberapa produk, termasuk pesawat terbang, minuman beralkohol, dan alat kesehatan.
Hal ini menyusul kesepakatan dagang antara Washington dan Tokyo yang diumumkan awal pekan ini, yang merupakan kesepakatan paling signifikan dari serangkaian kesepakatan dagang yang dinegosiasikan oleh Gedung Putih menjelang tenggat waktu 1 Agustus.
Situasi ini memperkuat sentimen bahwa negara-negara lain juga dapat mencapai kesepakatan yang menguntungkan sebelum tenggat waktu tersebut, sehingga menghilangkan risiko perang dagang global yang akan berdampak pada aktivitas ekonomi dan dengan demikian permintaan minyak mentah.