Wakil Ketua BWI, Tatang Astaruddin. Dok. Istimewa
Achmad Zulfikar Fazli • 20 October 2025 20:16
Jakarta: Badan Wakaf Indonesia (BWI) terus mendorong penguatan literasi dan pengelolaan wakaf produktif melalui program Waqf Goes to Campus (WGTC) guna mengoptimalkan pengelolaan potensi wakaf nasional yang mencapai Rp180 triliun. Kampus dan pesantren dinilai mitra strategis dalam menggerakkan wakaf yang merupakan pilar pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional.
"Hari ini kami punya peta jalan wakaf, visi kami wakaf adalah pilar pertumbuhan dan ketahanan ekonomi nasional," kata Wakil Ketua BWI, Tatang Astaruddin, pada acara Waqf Goes to Campus XV bertema Mendorong Dana Abadi Melalui Wakaf Berbasis Kampus di Universitas Brawijaya, Malang, Senin, 20 Oktober 2025.
Tatang menjelaskan wakaf harus menjadi pilar tangguh dalam membangun pertumbuhan ekonomi dan menjadi penyangga kekuatan struktur ekonomi nasional.
Dia menyampaikan salah satu tantangan yang dihadapi BWI adalah regulasi wakaf. BWI mengajak kampus untuk mengkaji regulasi yang menjadi landasan penting dalam pengembangan wakaf ke depan.
Dia menambahkan tantangan selanjutnya yang dihadapi lembaga wakaf adalah literasi masyarakat. Masih banyak masyarakat yang memahami wakaf sebatas tempat ibadah. Padahal, ada perubahan mendasar dalam undang-undang.
Berdasarkan aturan yang ada, wakaf sudah inklusif dan makna ibadah dalam wakaf bukan hanya ibadah mahdhah, tapi kesejahteraan umum.
"Wakaf bergerak dalam pengembangan pendidikan, wakaf untuk kelestarian lingkungan, wakaf untuk konservasi lingkungan, wakaf untuk agenda Sustainable Development Goals (SDGs) sejatinya itu adalah tujuan dan misi perwakafan," ujar Tatang.
BWI menerangkan tantangan selanjutnya yang dihadapi dunia perwakafan adalah kompetensi. Gerakan perwakafan dan optimalisasi aset wakaf terkendala kompetensi nazir.
Tatang mengatakan sudah ada 450.000 nazhir wakaf tanah, dan 500 nazir wakaf uang. Namun, kompetensi nazhir masih kurang maksimal. Sehingga, gerakan akselerasi perwakafan cukup terkendala.
"Untuk memaksimalkan potensi dan pengelolaan wakaf, maka menurut kami mitra paling strategis antara lain kampus-kampus," ujar dia.
BWI menilai kampus memiliki potensi yang besar dan kampus tempat kalangan terdidik serta terpelajar. Sehingga, BWI yakin misi dan visi dalam agenda perwakafan akan lebih mudah dicapai dan optimal jika menggandeng kampus.
BWI juga mengingatkan Gerakan Indonesia Berwakaf harus lebih spontan, lebih masif, dan lebih militan. Gerakan ibarat teriakan masif dan ideologis soal wakaf.
"Karena kita tahu potensi wakaf begitu besar, hasil kajian BWI wakaf uang kita potensinya Rp 180 triliun, itu baru menyasar 17 cluster yang diantaranya kampus yang punya potensi wakaf uang Rp 5,7 triliun," jelas Tatang.
Dia menegaskan kampus dan Gerakan Indonesia Berwakaf menjadi penting dalam rangka menjawab berbagai macam agenda kebangsaan dan kemanusiaan. BWI meyakini wakaf adalah solusi kemanusiaan dan solusi kebangsaan.
Di tempat yang sama, Wali Kota Malang, Wahyu Hidayat, mengatakan wakaf bukan sekadar aktivitas memberi, tapi berperan sebagai instrumen strategis yang dapat memberikan manfaat jangka panjang dan keberlanjutan. Di dunia pendidikan, wakaf bukan semata menyerahkan harta, tapi tentang menciptakan sumber daya yang terus menerus mendukung pembangunan dan peningkatan kualitas pendidikan.
"Dalam konteks dunia pendidikan wakaf dapat membuka peluang untuk membangun dana abadi, yang akan digunakan secara berkelanjutan untuk beasiswa, pengembangan sarana kampus, penelitian dan peningkatan kualitas tenaga pengajar," kata Wahyu.
Wahyu menegaskan dengan pengelolaan wakaf, kampus bisa mandiri secara finansial. Kampus tidak terlalu tergantung kepada pendanaan instansi lain dan mampu menciptakan pendidikan yang kuat dan inklusif.
Menurut dia, Kota Malang sebagai Kota pendidikan memiliki potensi yang besar untuk mengoptimalkan peran wakaf sebagai instrumen strategis. Wakaf dapat digunakan untuk membangun dana abadi yang menopang keberlanjutan biaya pendidikan.
"Di kota Malang ada 57 perguruan tinggi negeri dan swasta, hampir 800.000 mahasiswa yang berdomisili di kota Malang, hampir menyamai jumlah penduduk kota Malang sekitar 900.000, ini adalah potensi yang dimiliki terkait wakaf," ujar Wahyu.
Pendidikan Amal Jariyah Mulia
Rektor Universitas Brawijaya, Prof Widodo, mengatakan kampusnya sudah lama mengembangkan berbagai bentuk penghimpunan zakat, infak, dan sedekah (ZIS) dari civitas akademik. Dana ZIS disalurkan untuk beasiswa dan lain sebagainya.
"Kami juga berupaya mengembangkan dana abadi pendidikan yang bersumber dari alumni, mitra dan masyarakat luas namun demikian ini PR kita bersama masih terdapat tantangan dalam mengembangkan kesadaran publik mengenai pentingnya wakaf untuk pendidikan tinggi," ujar Widodo.
Widodo mengatakan sebagian masyarakat berpandangan perguruan tinggi negeri didanai sepenuhnya oleh pemerintah. Di sisi lain, kontribusi masyarakat untuk membangun fasilitas ibadah sering jauh lebih mudah diperoleh karena dianggap amal jariyah yang paling tinggi.
"Padahal berwakaf untuk pendidikan tinggi juga merupakan amal jariyah yang tidak kalah mulianya," kata Widodo.
Widodo mengungkapkan mengumpulkan wakaf untuk dana abadi kampus tidak semudah mengumpulkan dana wakaf untuk membangun masjid. Universitas Brawijaya tidak kesulitan mengumpulkan dana wakaf untuk membangun masjid, namun wakaf dalam bentuk produktif yang harus digalakkan.
Menurut dia, ilmu yang terus diamalkan oleh para mahasiswa. Penelitian yang menghasilkan manfaat bagi masyarakat dan inovasi untuk memperkuat bangsa, semuanya adalah bentuk amal jariyah yang mengalir tanpa henti.
"Melalui form ini saya mengajak kita semua untuk sama-sama mengembangkan literasi dan gerakan wakaf produktif di dunia pendidikan tinggi, kita perlu membangun pemahaman baru bahwa wakaf bukan hanya membangun masjid tapi juga membangun peradaban ilmu," ujar Widodo.
Widodo menegaskan Universitas Brawijaya siap jadi mitra strategis BWI untuk mewujudkan kampus berbasis wakaf. Yakni, kampus yang tidak hanya mencetak sarjana tapi membangun kemandirian keberlanjutan dan kemaslahatan sosial melalui instrumen wakaf dan dana abadi.