Pasukan Israel bersiaga di dekat permukiman Yahudi di Tepi Barat. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 2 June 2025 21:21
Amman: Menteri Luar Negeri Arab Saudi, Pangeran Faisal bin Farhan Al-Saud, menyebut keputusan pemerintah Israel yang melarang kunjungan para menteri luar negeri negara-negara Arab ke wilayah pendudukan Tepi Barat sebagai bukti "ekstremisme dan penolakan terhadap perdamaian."
Pernyataan tersebut disampaikan dalam konferensi pers bersama di Amman pada Minggu kemarin, usai pertemuan antara para menlu dari Yordania, Mesir, Bahrain, dan Arab Saudi. Pertemuan ini merupakan bagian dari inisiatif Kelompok Kontak Arab yang berencana bertemu Presiden Palestina Mahmoud Abbas di Ramallah.
"Penolakan Israel terhadap kunjungan komite ini menunjukkan dan mengonfirmasi ekstremismenya serta penolakan terhadap setiap upaya serius menuju jalur damai,” ujar Pangeran Faisal, seperti dikutip AsiaOne, Senin, 2 Juni 2025.
“Hal ini justru memperkuat tekad kami untuk menggandakan upaya diplomatik di tingkat internasional guna menghadapi arogansi tersebut," sambungnya.
Rencana kunjungan itu semestinya berlangsung pada Minggu kemarin, dengan melibatkan para menteri dari Yordania, Mesir, Arab Saudi, Qatar, dan Uni Emirat Arab.
Namun, pihak Israel secara resmi menolak permintaan tersebut. Seandainya disetujui, kunjungan Pangeran Faisal akan menjadi momen bersejarah sebagai lawatan resmi pertama oleh pejabat tinggi Saudi ke wilayah Palestina yang diduduki di Tepi Barat.
Menurut seorang pejabat Israel, pertemuan itu dinilai sebagai agenda yang “provokatif” karena membahas promosi pendirian negara Palestina. Penolakan ini memicu kritik tajam dari berbagai pihak di dunia Arab, yang menilai Israel terus menghalangi solusi dua negara.
Menteri Luar Negeri Yordania Ayman Safadi menyebut tindakan Israel sebagai langkah yang "menghancurkan setiap peluang menuju penyelesaian yang adil dan menyeluruh" atas konflik Arab-Israel.