Konflik antara Senegal dan separatis MFDC telah berlangsung sekitar empat dekade. (Anadolu Agency)
Willy Haryono • 24 February 2025 20:45
Dakar: Pemerintah Senegal dan Gerakan Pasukan Demokratik Casamance (MFDC) telah menandatangani perjanjian damai yang ditengahi Presiden Guinea-Bissau Umaro Sissoco Embalo. Kesepakatan ini mengakhiri salah satu konflik tertua di Afrika, yang telah berlangsung selama empat dekade, demikian dilaporkan media pemerintah dan dikutip Anadolu Agency, Senin, 24 Februari 2025.
"Kami dapat berpartisipasi dalam penyelesaian perjanjian penting ini, yang merupakan langkah yang sangat besar menuju perdamaian definitif di Casamance," lapor kantor berita Agence de Presse Senegalaise, mengutip pernyataan Perdana Menteri Senegal Ousmane Sonko.
Pernyataan tersebut disampaikan dalam jumpa pers di Istana Republik Guinea-Bissau, bersama Presiden negara tuan rumah Umaro Sissoco Embalo dan Perdana Menteri Rui Duarte Barros.
Casamance, yang dipisahkan dari Senegal utara oleh Gambia, merupakan lokasi salah satu konflik tertua di Afrika, yang dimulai pada 1982 dan telah merenggut ribuan nyawa sekaligus merusak perekonomian kawasan tersebut.
Menyambut hubungan antara dua negara Afrika Barat tersebut, Perdana Menteri Senegal mengatakan bahwa ia menyampaikan pesan dari Presiden Bassirou Diomaye Faye kepada mitranya di Guinea-Bissau untuk berpartisipasi dalam penyelesaian negosiasi yang dimulai tiga hari lalu oleh sebuah komite.
“Kami harus menutup negosiasi antara MFDC dan negara bagian Senegal,” tutur Sonko.
MFDC, yang didirikan pada 1982, telah berjuang untuk kemerdekaan di wilayah selatan Senegal, Casamance, yang berbatasan dengan Gambia.
Pada Mei 2023, setidaknya 250 anggota MFDC telah menyerahkan senjata mereka di Mongone, bekas benteng separatis.
Baca juga: Presiden Senegal Bubarkan Majelis Nasional yang Dipimpin Oposisi