Penampakan Candi Borobudur saat Lampion Waisak 2568 BE diterbangkan (foto: Kemenag)
Jakarta: Setiap tahun, saat malam Waisak tiba, langit di atas Candi Borobudur berubah menjadi lautan cahaya. Ribuan lampion dilepaskan ke angkasa oleh umat Buddha dari berbagai penjuru dunia.
Tradisi ini menjadi puncak dari perayaan Waisak yang sakral, menggambarkan keindahan sekaligus kedalaman makna spiritual yang terkandung di dalamnya.
Namun, di balik pemandangan yang mempesona, tradisi pelepasan lampion ternyata menyimpan makna filosofis yang erat kaitannya dengan ajaran Buddha dan perenungan batin umatnya. Berikut adalah makna dari pelepasan lampion saat perayaan Hari Raya Waisak.
1. Simbol Melepaskan Kegelapan Batin
Dalam ajaran Buddha, manusia kerap terjebak dalam tiga racun batin: keserakahan, kebencian, dan kebodohan. Tiga hal inilah yang diyakini menjadi sumber penderitaan. Lampion yang terbang ke langit menjadi simbol usaha umat untuk melepaskan diri dari “kegelapan” atau energi batin tersebut.
Saat lampion mulai terbang, itu diibaratkan sebagai proses bangkit dari kegelapan menuju cahaya, dari kebodohan menuju kebijaksanaan, dari penderitaan menuju pencerahan.
2. Doa dan Harapan dalam Cahaya
Setiap lampion yang dilepaskan biasanya disertai dengan doa atau harapan. Baik harapan pribadi, keluarga, maupun harapan kolektif untuk dunia yang lebih damai. Dalam suasana hening dan penuh kekhusyukan, lampion menjadi "kendaraan" bagi harapan yang dilepas ke langit, menyerahkan semuanya pada semesta.
Makna ini menegaskan bahwa meskipun manusia memiliki keinginan, ada saatnya ia harus merelakan dan mempercayakan segalanya kepada kekuatan yang lebih tinggi, dalam hal ini adalah hukum karma dan Dharma.
3. Lambang Kebebasan dan Pelepasan
Pelepasan lampion juga mencerminkan sikap ikhlas dan melepaskan keterikatan duniawi. Dalam kehidupan sehari-hari, manusia sering kali terlalu terikat pada hal-hal materi, ambisi, bahkan emosi negatif. Tradisi ini mengajarkan bahwa kebahagiaan sejati datang ketika kita mampu melepaskan.
Dengan melepaskan lampion, umat secara simbolis juga melepaskan beban hidup yang mengikat batin, dan membuka diri untuk perjalanan spiritual yang lebih damai.
4. Cahaya Dharma yang Menerangi Jalan
Cahaya di dalam lampion memiliki makna sebagai cahaya Dharma yaitu ajaran Buddha yang menerangi jalan kehidupan umat manusia. Di tengah kegelapan malam, cahaya dari ribuan lampion mengingatkan kita bahwa dalam setiap kesulitan, selalu ada jalan keluar jika kita mengikuti jalan kebenaran.
Cahaya itu menjadi pengingat akan pentingnya hidup dalam kebijaksanaan, welas asih, dan kesadaran penuh.