Serangan Drone ke Ladang Minyak Irak Bikin Harga Minyak Melonjak

Ilustrasi. Foto: Freepik.

Serangan Drone ke Ladang Minyak Irak Bikin Harga Minyak Melonjak

Eko Nordiansyah • 18 July 2025 08:53

Houston: Harga minyak naik USD1 pada Kamis, 17 Juli 2025 setelah pesawat nirawak (drone) menyerang ladang minyak Kurdistan Irak untuk hari keempat. Ini menunjukkan risiko yang berkelanjutan di wilayah yang bergejolak tersebut.

Dilansir dari FXStreet, Jumat, 18 Juli 2025, harga minyak mentah Brent berjangka ditutup pada USD69,52 per barel, naik USD1,00 atau 1,46 persen. Harga minyak mentah West Texas Intermediate AS ditutup pada USD67,54 per barel, naik USD1,16 atau 1,75 persen.

Para pejabat menuding milisi yang didukung Iran sebagai kemungkinan sumber serangan minggu ini di ladang minyak di Kurdistan Irak, meskipun belum ada kelompok yang mengaku bertanggung jawab.

Produksi minyak di wilayah semi-otonom Kurdistan telah dipangkas antara 140 ribu dan 150 ribu barel per hari, menurut dua pejabat energi, lebih dari setengah produksi normal wilayah tersebut yang sekitar 280 ribu barel per hari.

"Sebagian kenaikan ini merupakan reaksi terhadap serangan pesawat nirawak di Irak. Ini menunjukkan betapa rentannya pasokan minyak terhadap serangan yang menggunakan teknologi rendah," kata Presiden Lipow Oil Associates Andrew Lipow.
 

Baca juga: 

Penerimaan Negara Bakal Terancam Akses Bebas Tarif Produk AS



(Ilustrasi minyak dunia. Foto: Freepik)

Kekhawatiran soal tarif Trump

Pasar juga gelisah menunggu penerapan tarif oleh Presiden AS Donald Trump, yang dapat mengalihkan pasokan minyak dari Amerika Serikat ke India dan Tiongkok, kata Lipow.

Trump mengatakan surat pemberitahuan kepada negara-negara kecil tentang tarif AS mereka akan segera dikirim, dan juga menyinggung prospek kesepakatan dengan Beijing terkait obat-obatan terlarang dan kemungkinan kesepakatan dengan Uni Eropa.

"Harga jangka pendek diperkirakan akan tetap fluktuatif karena ketidakpastian mengenai skala akhir tarif AS dan dampaknya terhadap pertumbuhan global," kata analis di Panmure Liberum Ashley Kelty.

Menurut data pemerintah, persediaan minyak mentah AS turun 3,9 juta barel pekan lalu. Sementara itu, Badan Energi Internasional (IEA) menyatakan bahwa peningkatan produksi minyak tidak menyebabkan peningkatan persediaan, yang menunjukkan pasar menginginkan lebih banyak minyak.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Eko Nordiansyah)