Krisis Air dan Kesehatan di Gaza Capai Titik Kritis

Warga Gaza alami krisis air yang menyesakan. Foto: Xinhua

Krisis Air dan Kesehatan di Gaza Capai Titik Kritis

Fajar Nugraha • 28 March 2025 11:49

Gaza: Organisasi Dokter Lintas Batas (MSF) memperingatkan krisis kemanusiaan di Gaza semakin mendalam setelah otoritas Israel memblokir pasokan bahan bakar dan listrik, yang berdampak pada akses air bersih bagi warga Palestina. Dalam pernyataan resminya pada Selasa, 25 Maret 2025, MSF menyebut kondisi ini sebagai “taktik perang baru” yang memperparah penderitaan warga sipil.

“Pengeboman Israel yang menewaskan ratusan orang dalam beberapa hari terakhir disertai dengan krisis air parah. Warga terpaksa minum air tak layak atau bahkan tidak mendapat akses air sama sekali,” kata Paula Navarro, Koordinator Air dan Sanitasi MSF di Gaza, dikitip dari Anadolu, Rabu, 26 Maret 2025.

Organisasi ini memprediksi sistem air Gaza akan kolaps total jika blokade bahan bakar tidak segera dicabut.

Wabah penyakit meluas akibat air terkontaminasi

Pusat kesehatan MSF di Al-Mawasi dan Khan Younis mencatat lonjakan kasus penyakit yang seharusnya bisa dicegah.

“Kami melihat peningkatan drastis penyakit kuning, diare, dan kudis, terutama pada anak-anak,” ujar Chiara Lodi, Koordinator Medis MSF.

Anak-anak menjadi korban paling rentan dengan banyak kasus kulit terkontaminasi akibat tidak bisa mandi berminggu-minggu.

“Mereka menggaruk kulit sampai berdarah, menyebabkan infeksi sekunder dan bekas luka permanen,” tambah Lodi. Situasi ini diperburuk dengan hancurnya 70% infrastruktur kesehatan Gaza selama lima bulan terakhir.

Blokade sistemik atas bantuan kemanusiaan

MSF mengungkapkan Israel memberlakukan pembatasan ketat bahkan sebelum eskalasi terbaru.

“Klorin, suku cadang desalinasi, hingga pompa air dikategorikan sebagai barang 'dual-use' yang membutuhkan izin khusus,” jelas Navarro.

Proses birokrasi yang rumit membuat perbaikan infrastruktur air hampir mustahil. “Kami terpaksa merakit generator dari berbagai suku cadang bekas karena generator baru di atas 30 kilowatt dilarang masuk,” keluh Navarro. Pembatasan ini melanggar ketentuan bantuan kemanusiaan internasional menurut Konvensi Jenewa.

Konteks militer dan tanggapan internasional

Krisis terjadi saat Israel melanjutkan serangan udara di Gaza sejak 18 Maret, menewaskan 800 warga Palestina meskipun gencatan senjata Januari lalu masih berlaku. Total korban tewas sejak Oktober 2023 tercatat mencapai 50.100 jiwa, dengan 113.700 warga lainnya mengalami luka-luka.

Mahkamah Pidana Internasional telah mengeluarkan surat penangkapan untuk PM Israel, Benjamin Netanyahu, terkait dugaan kejahatan perang. Sementara itu, gugatan genosida terhadap Israel masih terus diperiksa di Mahkamah Internasional.

MSF mendesak komunitas internasional segera bertindak. “Gencatan senjata dan akses bantuan tanpa hambatan adalah satu-satunya cara mencegah bencana kemanusiaan lebih besar,” tegas pernyataan organisasi tersebut. Tanpa intervensi segera, krisis air dan kesehatan di Gaza diprediksi akan merenggut lebih banyak nyawa warga sipil dalam beberapa waktu kedepan.


(Muhammad Adyatma Damardjati)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Fajar Nugraha)