Ilustrasi. Foto: Freepik.
Husen Miftahudin • 20 May 2025 07:46
Washington: Para ekonom telah memperingatkan risiko resesi bagi ekonomi Amerika Serikat (AS) di tengah meningkatnya utang pemerintah, prospek pertumbuhan yang suram, dan sentimen konsumen yang lemah.
"Kami percaya risiko resesi masih tinggi, tetapi sekarang di bawah 50 persen, turun dari estimasi sebelumnya sebesar 60 persen pada tindakan tarif besar-besaran AS yang diumumkan awal April," ungkap Kepala ekonom AS di JPMorgan Michael Feroli, seperti dikutip dari Xinhua, Selasa, 20 Mei 2025.
Sementara CEO JPMorgan Chase Jamie Dimon mengatakan dia tidak akan mengesampingkan risiko resesi. "Jika terjadi resesi, saya tidak tahu seberapa besar dampaknya atau berapa lama akan berlangsung," tutur dia.
Investor miliarder AS Steve Cohen mengungkapkan jika AS saat ini belum masuk ke dalam jurang resesi. "Tetapi kita mengalami perlambatan pertumbuhan yang signifikan," seraya menambahkan peluang terjadinya resesi di AS sekarang mencapai sekitar 45 persen.
Moody's pada Jumat (16/5) mencabut peringkat teratas AS, dengan alasan meningkatnya utang pemerintah dan pembayaran bunga.
"Pemerintahan dan Kongres AS berturut-turut telah gagal menyepakati langkah-langkah untuk membalikkan tren defisit fiskal tahunan yang besar dan meningkatnya biaya bunga," kata Spencer Hakimian, pendiri dana lindung nilai Tolou Capital Management.
"Penurunan peringkat kredit AS oleh Moody's merupakan kelanjutan dari tren panjang ketidakbertanggungjawaban fiskal yang pada akhirnya akan menyebabkan biaya pinjaman yang lebih tinggi bagi sektor publik dan swasta di Amerika Serikat," tambah mereka
Moody's memperkirakan defisit federal akan melebar, mencapai hampir sembilan persen dari PDB pada 2035, naik dari 6,4 persen pada 2024. "Kami mengantisipasi beban utang federal akan meningkat menjadi sekitar 134 persen dari PDB pada 2035, dibandingkan dengan 98 persen pada 2024," imbuh Moody's.
Baca juga: Moody’s Turunkan Peringkat Kredit AS di Tengah Tekanan Fiskal |