Ilustrasi. Foto: Freepik.
Eko Nordiansyah • 20 May 2025 10:55
Jakarta: Nigeria melunasi pinjaman sebesar USD3,4 miliar atau Rp55,8 triliun (kurs Rp16.412 per USD) yang diperoleh dari Dana Moneter Internasional (IMF) pada puncak pandemi covid-19. Pelunasan pada 30 April 2025 ini lebih cepat dari jadwal yang disepakati, menandai sinyal kuat tanggung jawab fiskal dan pengelolaan utang yang lebih baik.
Dilansir dari The Voice of Africa, Selasa, 20 Mei 2025, Nigeria mengalami kontraksi ekonomi akibat anjloknya harga minyak dan meningkatnya tantangan kesehatan di awal covid-19 pada 2020. Untuk itu, Nigeria mengajukan pinjaman sebesar USD3,4 miliar di bawah Rapid Financing Instrument (RFI) ke IMF.
RFI dirancang untuk memberikan bantuan keuangan darurat kepada negara-negara yang mengalami kebutuhan neraca pembayaran yang mendesak. Nigeria menggunakan dana tersebut untuk mendukung pengeluaran kesehatan publik, melindungi kelompok rentan, dan menstabilkan sektor-sektor utama ekonomi.
Pelunasan awal ini dipandang sebagai langkah simbolis dan praktis untuk meningkatkan kepercayaan investor internasional dan menunjukkan komitmen Nigeria terhadap tanggung jawab keuangan.
Menanggapi perkembangan tersebut, Asisten Khusus Senior Presiden Bola Ahmed Tinubu untuk Keterlibatan dan Strategi Digital O’tega Ogra menggambarkan langkah tersebut sebagai sinyal disiplin, transparansi, dan visi ekonomi yang diperbarui.
Ia menekankan, Nigeria tetap menjadi anggota IMF dan akan terus bekerja sama dengan organisasi tersebut tetapi dari posisi kemitraan, bukan ketergantungan. Hal ini menandai pergeseran strategis dalam cara Nigeria bermaksud untuk terlibat dengan lembaga keuangan internasional di masa mendatang.
Baca juga:
Daftar 10 Negara dengan Rasio Utang terhadap PDB Tertinggi di 2025 |