Buka Kembali Jalur Pengeboran Minyak dan Gas di Alaska, Trump Dikritik

Presiden AS Donald Trump. Foto: Xinhua/Hu Yousong.

Buka Kembali Jalur Pengeboran Minyak dan Gas di Alaska, Trump Dikritik

Eko Nordiansyah • 21 March 2025 17:46

Jakarta: Presiden Donald Trump kembali membuka peluang pengeboran minyak dan gas di Alaska, dengan mengumumkan rencana untuk memperluas akses ke area yang sebelumnya dilindungi. Keputusan ini diumumkan oleh Menteri Dalam Negeri Doug Burgum pada Kamis, 20 Maret 2025.

Dikutip dari Xinhua, rencana ini mencakup membuka kembali 82 persen dari Cadangan Minyak Nasional Alaska (ANWR) untuk eksplorasi dan pengembangan, serta membuka kembali 1,56 juta hektar di Coastal Plain di Refugio Nasional Satwa Liar Arktik (Arctic National Wildlife Refuge) untuk kegiatan pengeboran minyak dan gas.

Langkah ini juga melibatkan penghapusan pembatasan pembangunan pipa gas alam cair (LNG) dan jalan tambang di Alaska, sejalan dengan kebijakan Trump yang fokus pada peningkatan produksi energi dalam negeri.

"Saatnya bagi AS untuk memanfaatkan sumber daya melimpah di Alaska, yang sebagian besar belum dimanfaatkan, sebagai jalan menuju kemakmuran bagi bangsa, termasuk rakyat Alaska," ujar Burgum.
 

Baca juga: 

Trump: Fed Seharusnya Turunkan Suku Bunga



(Ilustrasi pengeboran minyak. Foto: Freepik)

Dikritik aktivis lingkungan

Namun, keputusan ini menuai kritik tajam dari para aktivis lingkungan dan kelompok konservasi. Mereka mengkhawatirkan dampak negatif yang akan ditimbulkan terhadap ekosistem Alaska, yang merupakan habitat bagi berbagai spesies satwa liar yang terancam punah.

"Pengeboran di Alaska akan menjadi bencana bagi iklim dan alam kita," kata seorang aktivis lingkungan, Emily Norton.

Para kritikus juga mempertanyakan kelayakan ekonomi dari proyek pengeboran ini, mengingat harga minyak yang fluktuatif dan peningkatan penggunaan energi terbarukan. Mereka menilai bahwa pengeboran minyak di wilayah yang rapuh seperti Alaska justru akan lebih mahal dan berisiko.

Perdebatan mengenai pengembangan energi di Alaska telah berlangsung selama beberapa dekade. Partai Republik dan Demokrat telah berselisih terkait eksploitasi sumber daya alam dan perlindungan lingkungan di wilayah tersebut.

Trump sendiri telah menjadikan slogan "Drill, Baby Drill" sebagai salah satu program utamanya selama kampanye dan masa kepresidenannya. Ia berargumen bahwa peningkatan produksi minyak dan gas diperlukan untuk menghadapi apa yang ia sebut sebagai "darurat energi nasional."

Keputusan Trump ini kemungkinan besar akan memicu protes dari berbagai kalangan, termasuk kelompok lingkungan dan penduduk asli Alaska. Perdebatan mengenai masa depan eksplorasi energi di Alaska diperkirakan akan terus berlanjut. (Laura Oktaviani Sibarani)

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(Eko Nordiansyah)