Kisah Rasino, Guru Difabel di Solo Berjuang Lestarikan Seni Budaya

Guru tuna netra di SMKN 8 Solo, Rasino. Metrotvnews.com/ Triawati

Kisah Rasino, Guru Difabel di Solo Berjuang Lestarikan Seni Budaya

Triawati Prihatsari • 25 November 2025 17:55

Solo: Seorang guru di Solo, Jawa Tengah, bernama Rasino menjadi sosok yang patut dibanggakan. Karena di tengah statusnya sebagai seorang difabel, pria berumur 50 tahun itu tetap semangat menularkan ilmu pada anak-anak didiknya.

Rasino merupakan penyandang tuna netra yang memilih mengabdikan diri menjadi pengajar sejak 2017 di SMKN 8 Solo. Ia mengajar dua kompetensi di sekolah inklusi tersebut, yakni jurusan pedalangan dan jurusan karawitan. 

Tidak bisa melihat sejak lahir dan menjadi seorang guru bukan hal mudah untuk dilakukan. Terlebih, murid-murid Rasino kebanyakan siswa normal. 

"Saya tidak pernah bercita-cita menjadi guru ya, mengalir. Namun ada rasa bangga sendiri saat melihat anak-anak yang kita didik berhasil. Dan bahkan menjadi kepuasan melihat anak yang kita bina memiliki kemampuan melebihi saya. Kebahagiaannya luar biasa," ujar Rasino, di Solo, Selasa, 25 November 2025.

Ia mengaku ketertarikannya pada musik tradisional tumbuh sejak kecil. Ia belajar perlahan tentang musik tradisional, khususnya karawitan.

Guru tuna netra di SMKN 8 Solo, Rasino. Metrotvnews.com/ Triawati

Menjadi guru berstatus honorer sejak 2017, tidak mudah begitu saja dijalaninya. Namun lingkungan sekitar termasuk pihak sekolah sangat mendukungnya. Terlebih terkait proses administrasi, ia banyak dibantukan oleh teman sesama guru.

"Pertama saya di SMKN 8 sebagai pengiring di jurusan Pedalangan. Tahun 2017, sesuai ijazah saya, saya diangkat sebagai guru. Biar linier, saya mengajar di Karawitan dan Pedalangan. Alhamdulillah per 1 Oktober 2025 ini, SK PPPK saya sudah turun. Namun ada sedikit kendala karena penempatan saya tidak linier dengan ijazah. Saya ditempatkan di SMKN 1 Karanganyar yang notabene adalah SMK yang tidak ada jurusan seni," beber Rasino. 

Memiliki status sebagai tunanetra, tak menyurutkan semangat mengajarkan musik karawitan kepada anak didiknya. Dia selalu menyiapkan materi pembelajaran terlebih dahulu.

Ia mengaku terkendala jika pembelajarannya berupa teori. Karena ia tidak bisa memantau siswa yang mungkin saja tidak memperhatikan pembelajarannya. 

"Kalau teori, saya mungkin tidak bisa mengontrol semua siswa. Mungkin saja ada yang di belakang yang bermain. Tapi kalau praktek, semua siswa pasti fokus praktek. Kalau teori, saya dulu masih mengetik manual, tapi kalau notasi kan tidak bisa diketik manual, karena ada tangga nada. Jadi saya minta tolong ke teman," imbuh Rasino.

Menjadi guru tuna netra, Rasino berpesan pada penyandang difabel lainnya agra tidak mudah menyerah. Baginya, Tuhan selalu menciptakan kekurangan bersama kelebihan. 

"Pasti manusia ada kelebihannya. Jangan terlalu fokus pada kekurangan. Harus bisa melihat kelebihan diri kita juga," ucap Rasino. 

Sementara itu, salah satu siswa kelas XII Jurusan Seni Pedalangan SMKN 8 Solo, Yogi Adi Nugraha menceritakan keistimewaan selama diajar Rasino. Baginya, Rasino adalah sosok guru yang sangat sabar.

"Tidak ada bedanya diajar dengan guru yang normal lainnya. Pak Rasino sangat sabar. Apalagi saat mengajar praktek, siswa yang tidak bisa menabuh genderang akan diajari dengan sangat sabar sampai bisa," terang Yogi.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com
Viral!, 18 Kampus ternama memberikan beasiswa full sampai lulus untuk S1 dan S2 di Beasiswa OSC. Info lebih lengkap klik : osc.medcom.id
(luk)