Rencana Pemindahan Kegiatan Impor 7 Komoditas ke Timur Indonesia Dikritik

Ilustrasi barang impor ilegal. Foto: dok Biro Humas Kemendag.

Rencana Pemindahan Kegiatan Impor 7 Komoditas ke Timur Indonesia Dikritik

M Ilham Ramadhan Avisena • 5 September 2024 16:06

Jakarta: Himpunan Peritel dan Penyewa Pusat Perbelanjaan Indonesia (Hippindo) menyatakan prihatin terhadap rencana pemerintah untuk memindahkan kegiatan impor tujuh komoditas ke wilayah Indonesia Timur. Hal itu dinilai belum bisa sepenuhnya menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi persoalan impor ilegal.

"Meskipun kami mendukung upaya pemerintah untuk mendorong pemerataan pembangunan di seluruh wilayah Indonesia, Hippindo menilai kebijakan ini belum tentu menjadi solusi yang efektif untuk mengatasi permasalahan impor ilegal," kata Ketua Umum HIPPINDO Budihardjo Iduansjah dikutip dari siaran pers, Kamis, 5 September 2024.

Dia menambahkan, pemindahan lokasi impor justru berpotensi memperberat industri dan ritel nasional. Pasalnya infrastruktur di Indonesia Timur masih belum memadai jika dibandingkan dengan kawasan Indonesia Barat, terutama terkait transportasi dan logistik.

"Selain itu, biaya operasional yang tinggi, termasuk transportasi dan distribusi, akan berdampak pada kenaikan harga barang di pasar," terang Budiharjo.

Dia menerangkan, kenaikan harga akan berdampak langsung pada daya beli masyarakat, yang pada akhirnya dapat menghambat program Belanja di Indonesia Aja (BINA), sebuah inisiatif bersama antara Kementerian Koordinator Bidang Perekonomian dan Hippindo.

"Jika harga barang terus meningkat akibat tingginya biaya logistik, daya beli masyarakat akan menurun, dan target belanja di dalam negeri melalui program BINA tidak akan tercapai," ujar Budihardjo.
 

Baca juga: Penurunan PMI Manufaktur Gegara Marak Impor Ilegal hingga Hambatan Pasokan
 

Pelototi seluruh pelabuhan Indonesia


Hippindo juga menekankan solusi yang lebih efektif untuk menangani impor ilegal adalah dengan memperkuat pengawasan dan penegakan hukum di seluruh pelabuhan Indonesia, serta meningkatkan kolaborasi dengan pihak terkait untuk menertibkan pelaku impor ilegal. Selain itu, Hippindo juga mendorong adanya inisiatif pemerintah untuk memperbanyak produksi barang dalam negeri.

"Selain memindahkan impor, kami melihat perlunya memperbanyak pasokan dari pabrik di dalam negeri. Jika perlu, kerja sama dengan pihak luar bisa dilakukan, namun dengan ketentuan bahwa barang yang diproduksi di Indonesia wajib dijual untuk kebutuhan dalam negeri, bukan hanya untuk ekspor," tambah Budihardjo.

Menurutnya, hal yang harus diutamakan adalah pemenuhan stok barang, baik pangan maupun non-pangan, dengan fokus pada produk yang belum tersedia atau masih minim di Indonesia.

Hippindo, kata Budiharjo, sedianya mendukung upaya pemetaan produk-produk yang belum diproduksi di Indonesia, terutama yang sifatnya mudah untuk diproduksi di dalam negeri.

"Untuk itu, kami mendorong Kementerian Perindustrian agar memberikan kemudahan bagi produsen untuk memulai produksi tersebut, dan Hippindo siap mendukung dengan memastikan produk-produk ini bisa dibeli oleh anggota kami, selama memenuhi standar dan syarat yang berlaku," jelas Budiharjo.

Oleh karena itu, ia mendesak pemerintah untuk mempertimbangkan kembali rencana pemindahan impor ini dengan lebih cermat. "Kebijakan ini harus mempertimbangkan aspek infrastruktur, biaya logistik, dan dampaknya terhadap industri serta konsumen, sehingga tujuan utama meningkatkan perekonomian dan kesejahteraan masyarakat dapat benar-benar tercapai," pungkas Budihardjo.

Jangan lupa ikuti update berita lainnya dan follow  akun
Google News Metrotvnews.com


(Husen Miftahudin)