Demo pro-Palestina di kampus AS. (EPA Images)
Marcheilla Ariesta • 25 April 2024 18:17
Tel Aviv: Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu ingin agar protes pro-Palestina di kampus-kampus Amerika Serikat (AS) ditindaklanjuti. Ia merasa gerah karena mendapat kecaman dari berbagai pihak.
"Apa yang terjadi di kampus-kampus Amerika sungguh mengerikan," kata Netanyahu dalam sebuah rekaman. Ia menuduh 'gerombolan antisemitisme' mengambil alih universitas-universitas terkemuka.
"Ini tidak masuk akal. Harus dihentikan. Harus dikutuk dan dikutuk dengan tegas," katanya, dilansir dari AFP, Kamis, 25 April 2024.
"Tanggapan dari beberapa rektor universitas sangat memalukan. Sekarang, untungnya, pejabat negara bagian, lokal, dan federal, banyak dari mereka yang memberikan tanggapan berbeda tetapi harus ada lebih banyak tindakan. Lebih banyak yang harus dilakukan," sambung Netanyahu.
Protes atas tindakan Israel di Gaza telah meningkat di kampus-kampus AS dalam beberapa pekan terakhir, dengan perang Gaza yang kini memasuki bulan ketujuh.
Pengunjuk rasa pro-Palestina menyerukan gencatan senjata dan meminta universitas-universitas mereka melakukan divestasi dari perusahaan-perusahaan yang memiliki hubungan dengan Israel. Lusinan mahasiswa telah diracuni, diskors oleh universitas dan ditangkap oleh polisi.
Beberapa mahasiswa dan dosen Yahudi dan Israel mengatakan, protes tersebut telah mengubah universitas menjadi lingkungan yang tidak bersahabat dan membuat mereka merasa terancam. Beberapa melaporkan peningkatan antisemitisme di kampus.
Beberapa orang Yahudi juga memainkan peran vokal dalam protes anti-perang, termasuk kelompok seperti Jewish Voice for Peace, yang memimpin beberapa demonstrasi.
Pada 7 Oktober, Hamas memimpin serangan terhadap komunitas Israel selatan yang menewaskan 1.200 orang dan 253 orang disandera, menurut penghitungan Israel.
Israel sejak itu telah membunuh lebih dari 34.000 warga Palestina dalam serangan yang sedang berlangsung di Jalur Gaza yang diblokade, dan ribuan orang dikhawatirkan terkubur di bawah reruntuhan, menurut pihak berwenang Gaza.
Serangan tersebut telah menghancurkan sebagian besar wilayah kantong tersebut, menyebabkan sebagian besar dari 2,3 juta penduduknya mengungsi dan menciptakan krisis kemanusiaan.
Baca juga: Makin Banyak Universitas di AS Lakukan Demo Pro-Palestina