Warga Gaza terus menerus diperintahkan evakuasi oleh Israel. Foto EFE-EPA
Medcom • 27 August 2024 12:37
Gaza: Israel telah mengeluarkan perintah evakuasi baru untuk Deir Al-Balah di Jalur Gaza. Kondisi tersebut memaksa lebih banyak keluarga untuk mengungsi sebagai bagian dari operasi yang sedang berlangsung melawan Hamas.
Melansir dari India Today, perintah baru tersebut, yang diumumkan pada hari Minggu malam, dan juga perintah evakuasi dari Israel sejauh ini telah membuat 250.000 orang mengungsi, seperti yang dikatakan Pemerintah kota Deir Al-Balah.
Perintah evakuasi terbaru ini merupakan bagian dari strategi Israel yang lebih luas untuk bertindak terhadap kelompok militan Hamas dan kelompok-kelompok lain yang beroperasi di daerah tersebut. Dalam beberapa hari terakhir, Israel telah mengeluarkan beberapa perintah evakuasi di seluruh Gaza yang termasuk perintah evakuasi terbanyak sejak awal perang 10 bulan sehingga memicu protes dari warga Palestina, PBB, dan para petugas bantuan atas pengurangan zona kemanusiaan dan tidak adanya daerah yang aman.
Dalam sebuah pernyataan yang diposting di X, militer Israel mendesak penduduk di zona tertentu untuk segera pindah ke barat, karena daerah tempat mereka berada “dianggap sebagai zona tempur yang berbahaya”.
Menurut petugas medis, pada Senin, serangan militer Israel mengakibatkan kematian setidaknya tujuh warga Palestina, termasuk dua orang di Deir Al-Balah, tempat sekitar satu juta orang berlindung, dua orang di sebuah sekolah di kamp Al-Nuseirat dan tiga orang di kota Rafah, dekat perbatasan dengan Mesir. Tujuh orang lainnya tewas dalam dua serangan Israel yang terpisah, lima orang di sebuah mobil di Khan Younis dan dua orang di sebuah sekolah di Kota Gaza, kata petugas medis.
Serangan terhadap sebuah tenda di pantai Kota Gaza juga menewaskan enam orang dan melukai beberapa lainnya. Serangan-serangan ini semakin membebani fasilitas medis di Gaza yang sudah sangat terbatas.
Perintah evakuasi telah memaksa banyak orang meninggalkan tempat penampungan, termasuk pasien yang meninggalkan Rumah Sakit Al-Aqsa, fasilitas medis utama di Deir Al-Balah, tempat ratusan ribu penduduk dan pengungsi berlindung, karena takut akan pengeboman.
“Ada gangguan parah pada operasi mereka dan mempertimbangkan untuk menangguhkan beberapa layanan karena meningkatnya kekerasan di dekatnya,” ucap Médecins Sans Frontières (MSF) mengatakan pada minggu malam dalam sebuah pernyataan di X, seperti dikutip dari India Today, Selasa 27 Agustus 2024.
Sebuah ledakan yang berjarak sekitar 250 meter dari Rumah Sakit Al-Aqsa yang didukung oleh MSF memicu kepanikan.
“Akibatnya, MSF mempertimbangkan apakah akan menangguhkan perawatan luka untuk sementara waktu, sambil berusaha mempertahankan perawatan untuk menyelamatkan nyawa,” imbuh MSF.
Dari sekitar 650 pasien di Rumah Sakit Al-Aqsa, hanya 100 yang tersisa, dengan tujuh di unit perawatan intensif, menurut Médecins Sans Frontières (MSF) dan Kementerian Kesehatan Gaza. MSF mengkritik situasi yang tidak dapat diterima dan menekankan pentingnya melindungi rumah sakit serta akses medis bagi pasien.
Dalam 24 jam terakhir, militer Israel mengklaim telah menewaskan puluhan pejuang Palestina di Khan Younis dan Deir Al-Balah serta menemukan banyak senjata. Sementara itu, Kementerian Kesehatan Gaza melaporkan bahwa serangan Israel telah menyebabkan setidaknya 30 kematian dan 66 cedera di wilayah kantong tersebut.
Situasi ini diperparah dengan terhentinya upaya diplomatik untuk menyelesaikan konflik. Pembicaraan baru-baru ini yang dimediasi oleh Qatar, Mesir, dan AS telah gagal menghasilkan gencatan senjata, dengan Hamas dan Israel menolak kompromi yang diajukan. Para pejabat AS menggambarkan diskusi-diskusi tersebut sebagai “konstruktif”, namun tidak ada kesepakatan yang tercapai, dengan perselisihan yang terus berlanjut mengenai persyaratan.
Ketika konflik terus berlanjut, lebih dari 40.400 warga Palestina telah terbunuh, dan krisis kemanusiaan di Gaza semakin dalam, dengan kekurangan makanan dan pasokan medis yang parah yang mempengaruhi 2,3 juta penduduk daerah kantong tersebut. Perang dimulai setelah serangan Hamas ke Israel pada 7 Oktober, yang mengakibatkan jatuhnya banyak korban jiwa dan sandera yang diambil oleh Hamas. (Shofiy Nabilah)