Juru bicara Kemenlu Rusia Maria Zakharova. (Getty Images)
Marcheilla Ariesta • 22 August 2024 14:17
Moskow: Juru Bicara Kementerian Luar Negeri Rusia Maria Zakharova mengatakan, serangan Ukraina ke wilayah Kursk Rusia membatalkan kemungkinan adanya perundingan damai. Serangan ke Kursk dianggap Ukraina sebagai serangan balasan.
Berbicara pada konferensi pers di Moskow, Zakharova mengecam serangan Kyiv ke Kursk sebagai serangan teroris. Ia menambahkan, tidak ada pihak yang akan bernegosiasi dengan pemerintah Ukraina sama sekali.
Menurut Zakharova, dengan melancarkan serangan tersebut, Presiden Ukraina Volodymyr Zelensky berharap dapat memperkuat posisinya, meningkatkan citranya di mata warga negaranya, dan bisa mendapatkan lebih banyak pendanaan dari Barat.
Zakharova mengecam pernyataan Barat yang mengatakan, Kyiv menyusun dan melaksanakan rencana itu tanpa dukungan mereka sebagai kebohongan.
“AS, Inggris, dan negara-negara NATO (lainnya), yang pada gilirannya merupakan duet Anglo-Saxon, bukan hanya merupakan inspirator dan sponsor ideologis namun juga merupakan penembak yang mengarahkan rezim Kiev pada sasaran-sasaran di wilayah Federasi Rusia. Pernyataan bahwa hal ini terjadi tanpa dukungan Barat adalah kebohongan,” katanya, dilansir dari Anadolu, Kamis, 22 Agustus 2024.
Ruang udara di atas dua kota Rusia yakni Murmansk dan Apatity ditutup akibat adanya ancaman serangan pesawat nirawak.
Angkatan bersenjata Rusia dan Ukraina terus bentrok di wilayah Kursk, tempat Kiev melancarkan serangan pada 5-6 Agustus. Otoritas Rusia mengatakan 17 orang tewas dan 140 orang terluka serta lebih dari 121.000 orang dievakuasi sejak dimulainya serangan Kyiv.
Zelensky mengklaim negaranya telah merebut 92 permukiman Rusia, dan menjelaskan tujuan operasi tersebut sebagai pembentukan zona penyangga. Sedangkan Presiden Rusia Vladimir Putin mengutuk serangan tersebut sebagai serangan teroris.
Baca juga: Zelensky Sebut Rusia Hanya Menggertak Terkait Balasan Invasi Kursk